Tribun Manado Travel
Tugu Perang Dunia II di Manado Sulawesi Utara Simbol Damai Sekutu dan Jepang Setelah Perang Pasifik
Berikut Tugu Perang Dunia II di Manado Sulawesi Utara Simbol Damai Sekutu dan Jepang Setelah Perang Pasifik.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Tidak banyak bukti sejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan ataupun peristiwa seputarnya di Sulawesi Utara.
Salah satu yang ada adalah Tugu Peringatan Perang Dunia II di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Monumen itu berada di area GMIM Sentrum Manado, Jalan Sarapung Manado.
Tugu Peringatan Perang Dunia II ini berdiri berdampingan dengan GMIM Sentrum-salah satu gereja tertua di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Arsitektur tugu ini simpel. Berdiri di atas delapan tangga. Empat buah tiang besar menyangga kubus.
Tugu dibiarkan polos. Bagian dinding-dindingnya tak dicat. Dibiarkan telanjang sesuai bentuk aslinya.
Pada salah satu sisi tiang utama tertera prasasti bertuliskan Objek Wisata Tugu Peringatan Perang Dunia II Kota Manado.
Prasasti ini sepertinya baru dipasang belakangan.
Tugu ini dibangun tahun 1946-1947 oleh Tentara Sekutu dan NICA (Tentara Sipil Hindia Belanda).
Tugu setinggi 40 meter ini didesain arsitek Belanda, Ir Van den Bosch.
Monumen ini dibangun sebagai suatu kenangan terhadap korban Perang Pasifik, baik dari pihak Sekutu, Belanda Jepang, dan rakyat semasa Perang Dunia II berlangsung 1941-1945.
Monumen ini tidak sempat diresmikan sehingga tidak ada prasasti penamaannya.
Tinggi Monumen ini 40 meter terdiri dari 4 buah tiang penyangga dengan sebuah kubus persegi-empat yang disimbolkan sebagai peti jenazah atau berisi abu jenazah korban perang dan dilengkapi dengan empat bola/roda peti jenazah.
Pemerhati Sejarah Militer Sulawesi Utara sekaligus saksi hidup, mendiang Ben Wowor berkisah, tugu itu dibangun menggunakan dana rampasan perang.
"Manado salah satu palagan saat Amerika (Sekutu) menyerang balik Jepang," kata Ben kepada Tribunmanado.co.id suatu ketika.