Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

KKB Papua

Sosok Nicholas Messet, Eks Petinggi KKB Papua yang Kini Insyaf, Bongkar Kecurangan Kolonia Belanda

Nicholas Messet dulunya adalah salah satu pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM). Nicholas Messet kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi sejak 2007 silam.

Dok. Handout via Tribun Palu
Kesaksian Eks Pendiri OPM Nicholas Messet. Kembali ke NKRI pada tahun 2007 setelah Sadar Papua adalah Indonesia. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini sosok Nicholas Messet.

Masih maraknya aksi teror oleh kelompok yang menamakan diri KKB Papua ( Kelompok Kriminal Bersenjata) boleh jadi karena sesat pikir dan tidak tahu sejarah.

Mereka sesat pikir karena dipengaruhI oleh orang-orang luar yang sebetulnya juga ingin mengeruk keuntungan dari Papua dan orang-orang Papua.

Tidak tahu sejarah karena mereka mengira bahwa Papua itu sebuah entitas yang berdiri sendiri, tidak ada hubungannya dengan NKRI, bahkan dicaplok oleh NKRI.

Baca juga: Sosok Prada Sandhi Wiratama, Anggota TNI di Papua yang Tewas Tertembak di Kepala oleh Rekannya

Padahal sesungguhnya antara NKRI dan Papua (minus Papua Nugini) memiliki kesamaan sejarah, yakni wilayah Hindia-Belanda, bekas jajahan Belanda di masa lalu.

Hal ini merupakan ungkapan yang mungkin sudah tak asing lagi di kalangan anggota KKB Papua.

Ucapan ini pernah digaungkan oleh Nicholas Messet.

Nicholas Messet merupakan mantan petinggi KKB Papua yang insyag setelah tahu dicurangi oleh kolonial Belanda.

Nicholas Messet dulunya adalah salah satu pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Nicholas Messet kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi sejak 2007 silam.

Selama 40 tahun tokoh ini mencari arti dari kata kemerdekaan bagi Papua.

Ia lama malang melintang di negeri Paman Sam.

Dalam sebuah video yang diunggah akun facebook Yudi Prasetyo Djojokusumo, medio 2020, secara gamblang Nicholas Messet mengisahkan perjalanan hidupnya.

Seperti dilansir dari Tribun Palu dalam artikel 'Bos Besar KKB Papua Sadar Dicurangi Belanda Gara-gara Ucapan Presiden AS, Kini Pilih Kembali ke NKRI'.

Awalnya, ia terhentak saat Nicolaas Jouwe, pemimpin Papua yang terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) John F Kennedy.

Dalam pertemuan itu, Kennedy menyadarkan Nicolaas Jouwe bahwa dirinya telah dicurangi Belanda.

“Pada 24 Agustus 1828, Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda. Itu artinya anda (Papua) adalah bagian dari Indonesia,” kata Kennedy kepada Nicolaas Jouwe, sebagaimana diceritakan Nicholas Messet dalam video tersebut.

Berdasarkan cerita Jouwe tersebut, Nicholas Messet kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia.

Sebelum mengambil keputusan itu, Nicholas Messet mengaku telah berkeliling dunia selama 40 tahun untuk mencari arti kemerdekaan.

Khususnya untuk menjawab pertanyaan, apakah benar bangsa Papua itu merdeka?

“Setelah mendapat jawaban dari bapak almarhum Nicolaas Jouwe di Belanda, maka saya berpikir bahwa saya harus kembali ke Republik Indonesia. Dan saya kembali tahun 2007,” terangnya.

Nicholas Messet mengaku menjadi salah satu orang yang ikut mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961.

Kala itu dia masih berusia 15 tahun, 59 tahun lalu, dan tidak banyak orang yang hadir dalam acara tersebut.

Terlepas dari itu, dia kini tegas mengakui bahwa Papua sudah merdeka di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Mengapa saya katakan demikian? Karena pada tanggal 24 Agustus 1828 pemerintah Belanda atau pemerintah Kolonial Belanda waktu itu resmi menyatakan bahwa tanah Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda,” tegasnya.

“Sementara Hindia-Belanda itu dijajah oleh pemerintah Belanda. Untuk itu, kita sudah merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Kita adalah bagian dari Republik Indonesia,” tekannya.

Atas alasan itu, dia mengajak para simpatisan OPM untuk bangun dari tidur dan sadar bahwa cita-cita pembentukan negara Papua adalah tipu daya Belanda.

“Jadi untuk saya, bendera itu kenangan lama. Kenang-kenangan yang Belanda menipukan kita bahwa kita akan menjadi satu negara sendiri di luar dari Republik Indonesia,” tandasnya.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved