Brigadir J Tewas
Tersangka Belum Ada, Kasus Brigadir J Diakui Komnas HAM Sulit, 2 Jenderal Ini Malah Sebut Mudah
Soal kasus Brigadir J Komnas HAM kesulitan ungkap, sementara dua Jenderal sebut mudah diungkap
TRIBUNMANADO.CO.ID - Soal tewasnya Brigadir J yang sampai saat ini belum terungkap.
Diketahui dari Koman HAM mengaku kesulitan mengungkap kasus Brigadir J.
Namun dari dua Jenderal Polisi ini malah menyebut kasus Brigadir J mudah diungkap.
Baca juga: Baru Terungkap Komnas HAM Mulai Alami Kesulitan Tangani Kasus Brigadir J: Titik Tumpunya di Bu Putri
Baca juga: Akhirnya Terungkap soal Akta Hasil Visum Brigadir J, Kuasa Hukum Beberkan Catatan Lukanya
Baca juga: Pemerintah Melalui TP PKK Pusat, Bangun Lapangan Voli dengan Nama Rendy Tamamilang di Bitung
Pengusutan tewasnya Brigadir J alias Brigadir Yosua hingga kini belum selesai.
Meski Komnas HAM hingga Satgasus Polri menangani kasus polisi tembak polisi, namun belum ada tersangka pada kasus tewasnya Brigadir J.
Jika dihitung, tewasnya Brigadir J hingga saat ini sudah 25 hari berjalan.
Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo(Kiri), Putri Candrawati (Tengah), Brigadir J(Kanan) (Kolase Tribunnews.com)
Komnas HAM mengaku kesulitan mengungkap misteri tewasnya Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.
Sebabnya, CCTV di rumah dinas Ferdy Sambo tak berfungsi.
Ini seperti dikatakan Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik pada Selasa (2/8/2022).
"Tadi kan saya katakan di TKP itu, menurut mereka, informasi mereka, CCTV itu tidak berfungsi. Ini problem besar," kata Taufan di Kantor Komnas HAM, Jakarta.
Foto Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi dan Brigadir J. Rekaman CCTV Brigadir J bersama istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi dan Irjen Ferdy Sambo di kawasan duren tiga dan rumah pribadi Irjen Ferdy Sambo. (Kolase Tribun Manado/Dok. Handout)
Pernyataan Taufan ini menanggapi pihak-pihak yang mengatakan jika kasus tewasnya Brigadi J mudah diungkap.
Menurut Taufan, hingga saat ini Komnas HAM belum mendapatkan bukti-bukti pendukung, sehingga kasus ini susah disimpulkan.
"Jadi orang yang bilang bahwa ini mudah segala macam, Anda mau bertumpu pada siapa?"
"Kan pada keterangan pelaku, atau keterangan orang-orang yang mengatakan saya adalah korban pelecehan seksual, kan begitu." ujarnya.
"Bagaimana kita menyimpulkannya kalau kita enggak bisa mendapatkan seluruh bukti-bukti pendukung lainnya, yang bisa membantu kita menyimpulkan?" beber Taufan.
Karena itu, Taufan menegaskan tidak mudah mengungkap kasus ini.
"Jadi tidak mudah, yang bilang mudah, dia tidak tahu persoalannya," ucap Taufan.
2 Jenderal Sebut Kasus Tewasnya Brigadir J Mudah Diungkap
Mantan Kabareskrim Polri Komjen (Purn) Susno Duadji dan mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Napoleon Bonaparte beranggapan jika kasus ini mudah diungkap.
Susno Duadji bilang kasus tewasnya Brigadir Yosua merupakan kasus yang simpel.
"Lokasi tewas, korban, pelaku, hingga barang bukti senjata dan selongsong peluru jelas, semuanya ada," katanya dikutip Tribunjambi, Sabtu (23/7/2022), dari tayangan di Kompas.TV, Jumat (22/7/2022).
Susno Duadji bilang, semua unsur terkait penembakan itu sudah jelas.
Namun kenapa dibentuk tim penyelidikan khusus, menurut Susno Duadji, karena lokasi tewasnya Brigadir Yosua di kediaman petinggi Polri.
"Wajar dibentuk tim khusus karena lokasi tewasnya korban di rumah pejabat," ujarnya.
Susno Duadji bilang, Mabes Polri sudah tahu kasus ini akan mengarah ke siapa yakni pejabat tinggi di Polri, Irjen Ferdy sambo.
Soal kejanggalan seperti dikatakan pihak keluarga Brigadir Yosua, Susno Duadji bilang itu bisa dijawab dengan bukti yang tak terbantahkan.
"Bukti tak terbantahkan itu bisa dari forensik, uji balistik, hasil autopsi," katanya.
Susno Duadji juga menegaskan jika dokter yang melakukan autopsi pertama kali harus diperiksa. "Jika perlu dokter yang melakukan autopsi itu dinonaktifkan," katanya.
Sebab, kata Susno Duadji hasil autopsi atau visum harus terbuka
Susno Duadji juga menjelaskan kejanggalan yang ia lihat pada kasus ini ada beberapa.
"Kejadian meninggalnya Brigadir J itu hari Jumat, kenapa diumumkan hari Senin. Tidak ada istilah libur di Bareskrim," katanya.
Selanjutnya, kenapa yang disita hanya handphone korban. "Seharusnya HP Irjen Ferdy Sambo dan Bharada E juga disita untuk keperluan penyidikan," lanjutnya.
Keberadaan Bharada E juga jadi pertanyaan Susno Duadji. "Dimana pelakunya?" tanyanya.
Soal decoder CCTV, Susno Duadji menyoroti pernyataan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo yang mengatakan jika decoder CCTV sudah ditemukan.
"Berarti awalnya decoder CCTV itu hilang? Karena sekarang sudah ditemukan," ujarnya.
Sementara, Irjen Napoleon Bonaparte bilang, perkara yang melibatkan sesama anggota polisi itu mudah disimpulkan.
Foto : Sosok dua jenderal yang sebut kasus Brigadir J mudah diungkap. (Kolase Tribun Manado)
Irjen Napoleon Bonaparte malah bilang, kasus baku tembak polisi ini hanya membutuhkan penanganan dari penyidik biasa.
"Itu perkara yang mudah kok untuk disimpulkan. Penyidik biasa saja bisa menyimpulkan, enggak perlu lah TGPF (tim gabungan pencari fakta)," katanya usai menjalani sidang di Pengadilan Negri Jakarta Selatan, Kamis (14/7/2022).
Menurut Irjen Napoleon Bonaparte, publik sudah mengetahui kejanggalan yang terjadi dalam peristiwa yang menewaskan Brigadir Yosua yang ditembak mati oleh Bharada E.
Dikatakan Irjen Napoleon Bonaparte, segala upaya yang ditutup-tutupi pasti akan terbuka dan menjadi terang benderang.
"Mari kita kembali jujur, katakan apa adanya. Kenapa? Karena tidak ada yang bisa ditutup-tutupi dengan baik. Pasti akan terbuka," katanya.
Irjen Napoleon Bonaparte bilang, dalam kasus ini pihak-pihak terkait dalam kasus itu pasti mempertaruhkan integritas.
Irjen Napoleon Bonaparte juga mewanti-wanti jika penanganan perkara ini terkesan ditutupi maka akan berdampak pada pihak yang terlibat di dalamnya.
"Kalau terbukti apa yang dikatakannya itu membabi-buta membela sesuatu yang ditutu-tutupi atau sebagainya, suatu saat akan kembali kepada Anda," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com