Profil Tokoh
Profil Arman Hanis, Pengacara Ibu Putri Candrawathi Sambo dalam Kasus Kematian Brigadir J
Mengenal sosok Arman Hanis, pengacara keluarga Irjen Ferdy Sambo dalam kasus kematian Brigadir J. Simak profilnya!
TRIBUNMANADO.CO.ID - Profil Arman Hanis, pengacara keluarga Irjen Ferdy Sambo dalam kasus kematian Brigadir J alias Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Arman Hanis sempat menyinggung bahwa pihak keluarga Ferdy Sambo sempat tak setuju jenazah Brigadir J dimakamkan secara kedinasan Polri.
Bahkan, ia menjelaskan pengakuan dari rekan sesama ajudan terkait sikap Brigadir J beberapa waktu sebelum tewas.
Lantas bagaimana sosok Arman Hanis, pengacara ibu Putri Sambo?
Arman Hanis adalah pengacara asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Dia lahir di Makassar pada tahun 1973.
Sepanjang kariernya, ia kerap menjadi pengacara sejumlah perusahaan hingga pejabat.
Selain menjadi pengacara, Arman Hanis juga menjabat sebagai Ketua DPC Peradi Jakarta Pusat.
Pendidikan
Arman Hanis Mengenyam pendidikan S-1 di Universitas Hasanuddin.
Ia kuliah di kampus terbaik di Makassar itu dengan masuk ke Fakultas Hukum.
Pada 1998, Arman berhasil lulus
Setahun setelahnya, dia mendapat gelar advokat.
Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan sebagai kurator dan pengurus yang terdaftar sebagai pengurus dan kurator di Departemen Hukum dan HAM pada 2008.
Karier
Arman Hanis mengawali kariernya sebagai seorang pengacara.
Dari tahun 2000 hingga 2004, ia adalah pengacara senior di Reza, Irawan & Associates.
Setelah itu, Arman mendirikan kantor hukum bernama Hanis & Hanis Advocate pada 2004.
Kantor hukum tersebut menyediakan para profesional yang berfokus pada kasus perseroan, seperti menangani kasus hukum yang rumit, baik dalam hal LITIGASI maupun NON-LITIGASI.
Beragam klien sudah ia tangani seperti PT Coca Cola Distribution Indonesia, PT Magnum Consolidators Indonesia, PT Ancol Indonesia, Kuasa Hukum Pemohon Pailit, hingga PT Dian Semangat Insan (dalam kasus PT Tae Hwa Indonesia).
Selain itu, ia juga pernah menjadi pengacara Nurdin Abdullah hingga keluarga Irjen Ferdy Sambo.
Arman Hanis juga pernah menjabat sebagai dewan kehormatan AKPI dan juga Ketua DPC Peradi.
Brigadir J memakai parfum ibu Putri
Akhirnya gelagat tingkah laku aneh Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat semasa menjadi ajudan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo terkuak.
Hal itu dijelaskan oleh Kuasa Hukum keluarga Irjen Ferdy Sambo, Arman Hanis yang menyebut Brigadir J bertingkah sembarangan dan aneh.
Diketahui kasus kematian Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat di Rumah Dinas Kadiv Propam yang ditempati Irjen Ferdy Sambo, kini masih dalam proses penyidikan.
Terbaru, kesaksian dari istri Irjen Ferdy Sambo, yakni Putri Candrawathi diungkap kuasa hukum, Arman Hanis pada Sabtu 30 Juli 2022.
Arman menuturkan bahwa sebelum meninggal dunia, Brigadir J memperlihatkan gelagat yang aneh.
Ia mengatakan hal yang mengejutkan tentang tingkah laku Brigadir J.
Dikatakannya, pada suatu waktu, Brigadir J disebut pernah dengan sengaja memakai parfum istri Ferdy Sambo.
Bahkan pernah dipergoki juga sedang menodongkan pistol ke foto Irjen Ferdy Sambo.
Sikap-sikap yang berbeda itu, lanjut Arman Hanis, pernah ditunjukkan Brigadir J sebelum akhirnya korban tewas ditembak.
Berdasarkan pengakuan para ajudan, ungkap Arman Hanis, Brigadir J juga pernah diajak foto keluarga bersama Ferdy Sambo.
Pada saat itulah, lanjut dia, Brigadir J ditegur, karena memakai parfum dan barang milik istri Ferdy Sambo.
"Yosua ( Brigadir J ) pernah ditegur karena memakai parfumnya Ibu PC ( Putri Candrawati ). Ini semua yang disampaikan oleh Adc.
Saya juga menunggu hasil yang disampaikan dari ajudan ke Komnas HAM. Kan sudah diperiksa semua," ungkap Arman Hanis, Sabtu 30 Juli 2022.
Satu hal yang juga tak disangka-sangka, kata Arman Hanis, adalah Brigadir J pernah dipergoki ajudan lain, sedang menondongkan senjata api ( pistol ) ke arah foto Ferdy Sambo.
"Ini informasi dari ajudan, bahwa Yosua ( Brigadir J ) diduga pernah mengarahkan senjatanya ke foto Pak Kadiv Propam (Irjen Sambo).
Itu ditegur juga oleh ajudan. Saya tidak tanya lagi, sering apa tidak (dugaan menodongkan senjata ke foto Sambo). Tapi pernah," jelas Arman.
Ketika ditanya tentang siapakan sosok ajudan yang memberi informasi tersebut, Arman enggan memberikan jawaban.
Hanya saja, kata Arman, ia tidak tahu apa motif Brigadir J menodongkan senjata ke foto Irjen Ferdy Sambo yang notabene adalah atasannya sendiri.
"Kalau soal motif, kan saya enggak tahu. Saya hanya mewawancara, enggak mungkin lagi kita tanyakan ini ke Brigadir J. 'Kan sudah almarhum," katanya.
Terkait dugaan tentang ancaman yang pernah diterima Brigadir J, Arman menandaskan bahwa hal tersebut hanyalah asumsi belaka.
Saat ini, diakuinya kepolisian masih mencari bukti soal kematian Brigadir J .
"Kenapa saya menanggapi, karena kan berita yang menyampaikan Yoshua diancam sebelumnya, ada ancaman itu kan masih spekulasi semua ya. Masih spekulasi, asumsi, tunggu lah," ujarnya.
Arman meminta agar publik bersabar menunggu hasil pengungkapan lengkap kasus tewasnya Brigadir J .
Pihaknya pun tak segan melakukan upaya hukum apabila terbukti ada pernyataan yang tak benar dan merugikan kliennya.
"Jangan ada spekulasi sebelum ada fakta-fakta yang diungkapkan oleh Polri," ujarnya.
"Kami tidak akan segan-segan melakukan upaya hukum baik secara pidana maupun perdata apabila terbukti pernyataan tersebut tidak benar," paparnya.
Ada Fakta Baru Lagi
Saat ini mencuat lagi fakta baru tentang kisah penembakan Brigadir J alias Nofryansah Yosua Hutabarat di Rumah Dinas Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo pada Jumat 8 Juli 2022 lalu.
Satu hal yang menjadi sorotan publik, yaitu penjelasan awal polisi tentang keberadaan Ferdy Sambo saat penembakan Brigadir J.
Saat itu disampaikan bahwa saat kejadian Ferdy Sambo sedang melakukan tes PCR Covid-19 di tempat lain, sehingga yang bersangkutan tidak berada di lokasi kejadian.
Sementara Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik menjelaskan soal temuan CCTV itu dalam tayangan YouTube Metrotvnews, dikutip Tribunnews.com, Minggu 31 Juli 2022.
Disebutkan bahwa pada hari kejadian itu, rombongan istri Ferdy Sambo baru saja pulang dari Magelang, Jawa Tengah.
Mereka tiba di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling III, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Setelah tiba di rumah pribadi, Irjen Ferdy Sambo langsung menjalani tes PCR Covid-19.
Dalam rekaman CCTV lainnya, terlihat Putri Candrawati istri Irjen Ferdy Sambo, Brigadir J, dan Bharada E juga melakukan tes PCR.
Saat tes PCR tersebut, ungkap Ahmad Taufan Damanik, Brigadir J merupakan orang paling terakhir yang melakukan PCR. Brigadir J menjalani tes PCR itu setelah Bharada E.
Setelah melakukan tes PCR, istri Irjen Ferdy Sambo lantas pergi ke rumah dinas. Rumah Dinas itu ada di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.
Rumah dinas itu letaknya hanya sekitar 500 meter dari rumah pribadi Ferdy Sambo, tempat dilangsungkan tes PCR tersebut.
"Setelah PCR itu, ibu (Putri Candrawati) masuk ke kamar lagi bersiap-siap, kemudian mereka bersama-sama pergi ke rumah dinas," ujarnya.
Namun dari rumah pribadi, Irjen Ferdy Sambo keluar menaiki mobil dan pergi ke arah berbeda dan bukan menuju ke rumah dinas.
"Setelah beberapa lama mereka ke rumah dinas, terlihat Pak Ferdy Sambo keluar dari kamarnya menuju mobil, didampingi satu ADC dan mobil Patwal, bergerak ke arah yang berbeda, bukan ke rumah dinas," tutur Taufan.
Irjen Ferdy Sambo baru berbalik arah menuju rumah dinas setelah mendapatkan kabar telah terjadi insiden penembakan Brigadir J.
(*)