Bursa Capres
Pengamat: Andika Perkasa Harusnya Ngomong tak Bersedia Nyapres, Terpengaruh Sejak Pengumuman NasDem
Nama Jenderal Andika Perkasa sudah mencuat semenjak menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Keberadaan Jenderal Bintang Empat ini
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Nama Jenderal Andika Perkasa sudah mencuat semenjak menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Keberadaan Jenderal Bintang Empat ini semakin mendapat perhatian publik saat oleh Presiden Joko Widodo ditunjuk menjadi Panglima TNI.
Nama Andika semakin dikait-kaitkan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Di banyak kalangan Jenderal Andika disebutkan merupakan satu di antara yang mendapatkan apresiasi dari masyarakat.
Sang Jenderal semakin mencuat di perpolitikan tanah air begitu Partai NasDem mengumumkan tiga nama yang mendapatkan dukungan menjadi Capres di mana satu di antaranya adalah Jenderal Andika Perkasa.

Hal ini dinilai pengamat secara personal merupakan bagi Jenderal Andika. Namun, ini kurang baik bagi institusi Jenderal Andika yakni sebagai Panglima TNI yang memimpin tiga matra di tanah air. Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
Terkait hal ini, Pengamat Pertahanan dan Keamanan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Robi Sugara menilai ada perbedaan terkait kinerja Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Kinerja Andika sebagai panglima TNI dinilai terpengaruh kepentingan politik sejak Andika diumumkan sebagai satu dari tiga bakal calon presiden 2024 yang akan diusung oleh Partai Nasdem.
Adapun dua calon lainnya yang akan diusung oleh Nasdem adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: BREAKING NEWS Polres Bolsel Amankan Pelaku Penganiayaan yang Menewaskan Pria di Kecamatan Pintim
Baca juga: Perjalanan Cinta Vera Simanjuntak dan Brigadir Yosua, Ternyata Sudah 8 Tahun Jalin Hubungan Asmara
Robi menyebut ada dua alasan kinerja Andika sebagai Panglima TNI berpotensi ganda dengan kepentingan politik pribadinya.
Pertama, pengumuman akhir pengusungan calon presiden secara definitif dari Nasdem kemungkinan akhir tahun ini.
“Andika dengan jabatan yang dipimpinya akan memanfaatkan power tersebut untuk mempengaruhi Nasdem mengusungnya, sebab secara personal Andika seperti membiarkan usulan dari Nasdem tersebut dan ini berpotensi abuse of power,” ungkap pengajar pengkajian stratejik FISIP UIN Syarif Hidatullah Jakarta, Minggu (24/7/2022).
Lebih lanjut, Robi melihat beda sikap antara Andika dengan Panglima TNI 2015-2017 Gatot Nurmantyo.
Gatot secara tegas ketika menjabat sebagai panglima mengatakan bahwa dirinya tidak akan mencalonkan atau tidak bersedia dicalonkan sebagai presiden selagi dirinya menjabat sebagai Panglima TNI.
“Jadi pilihan buat Andika ada dua yaitu mengundurkan diri atau dirinya mengatakan bahwa dirinya tidak bersedia dicalonkan,” saran Robi.
Alasan kedua, menurut Robi ketika tidak ada sikap yang jelas oleh Andika, maka pekerjaannya sebagai Panglima TNI berpotensi menjadi tidak professional.
“Sebab apapun yang akan dilakukaannya saat ini pasti syarat ditunggangi dengan pencitraan dirinya untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas,” kata Robi.