Gunung Krakatau
Gununga Anak Krakatau 4 Kali Meletus, Basarnas Siapkan Kapal SAR dan Imbau Masyarakat
Basarnas siaga, Gunung Anak Krakatau meletus 4 kali sejak Minggu (17/7/2022) hingga Senin (18/7/2022).
Dalam laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), kawasan Selat Sunda menjadi kawasan yang sering mengalami bencana akibat Gunung Krakatau.
Tercatat, letusan Gunung Krakatau paling fenomenal pernah terjadi tahun 1883.
Saat itu, Gunung Krakatau meletus dengan melontarkan remah vulkanik dengan volume 18 km kubik, tinggi asap 80 km, dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 30 meter di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.
Menurut pemberitaan resmi pemerintah Hindia-Belanda, dituliskan bahwa peristiwa Gunung Krakatau meletus ini menewaskan 36.417 orang.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menuliskan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Krakatau sempat berhenti tahun 1681. Setelah beristirahat kurang lebih 200 tahun, Krakatau kembali memperlihatkan aktivitasnya.
Gunung Krakatau kembali tenang mulai Februari 1884 sampai Juni 1927. Setelah itu, pada 11 Juni 1927 erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau, yang dinyatakan sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau.
Tercatat bahwa Gunung Anak Krakatau mulai tumbuh pada 20 Januari 1930.
Akibat letusan-letusannya, gunung ini tumbuh semakin besar dan tinggi, membentuk kerucut yang sekarang mencapai tinggi sekitar 300 meter dari muka laut.
Selain bertambah tinggi kerucut tubuhnya, gunung ini juga memperluas wilayah daratannya.
Catatan sejarah kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 1930 hingga tahun 2000, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif.
Dari sejumlah letusan tersebut, umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Waktu istirahat gunung ini berkisar 1-8 tahun, dan umumnya terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava.
Kegiatan terakhir Gunung Anak Krakatau yaitu letusan abu dan leleran lava yang berlangsung mulai 8 november 1992 menerus sampai Juni 2000. Jumlah material vulkanik yang dikeluarkan selama letusan tersebut kurang lebih 13 juta meter kubik, terdiri dari lava dan material lepas berkomposisi andesitbasaitis.
Pada 5 Juli 2001 terjadi erupsi abu tipe strombolian. Empat tahun kemudian, pada 24-26 September 2005, terjadi peningkatan jumlah kegempaan.
Adapun pada 20-22 Oktober 2007, aktivitas kegempaannya kembali meningkat dan pada 23 Oktober 2007 terjadi letusan abu setinggi 200 meter.
Hasil pengamatan visual pada 25 Oktober 2007, menemukan adanya lubang letusan baru di dinding selatan Gunung Anak Krakatau.