Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Potret Orang Kerdil dari Suku Mante di Aceh, Gesit Berlari di Balik Ilalang

Manusia kerdil Suku Mante memiliki ciri-ciri fisik tubuh kerdil dengan tinggi sekitar satu meter.

Editor: Alpen Martinus
Fantastic Fest
Ilustrasi orang kerdil, ternyata di Aceh pernah ada orang kerdil dari suku mante 

TRIBUNMANADO.CO.ID- Manusia kerdil belakangan hanya menjadi cerita di kalangan masyarakat.

Namun ternyata orang kerdil diduga memang ada.

bahkan mereka pernah menampakkan diri di pedalaman aceh.

Baca juga: Misteri Orang Kerdil Suku Mante di Aceh, Warga Ngaku Lihat Manusia Kaki Terbalik dan Pernah Terekam

Penampakan orang kerdil yang dipercaya Suku Mante di pedalaman Aceh pada 2017 lalu.
Penampakan orang kerdil yang dipercaya Suku Mante di pedalaman Aceh pada 2017 lalu. (YouTube HZTN)

Manusia kerdil di pedalaman Aceh ini merupakan Suku Mante.

Manusia kerdil Suku Mante memiliki ciri-ciri fisik tubuh kerdil dengan tinggi sekitar satu meter.

Rambut terurai panjang hingga pantat. Sebagian dari mereka bertelanjang.

Mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar serta wajah bersegi dengan dahi sempit.

Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek.

Baca juga: Mengenal Orang Kerdil Dari Suku Mante dan Suku Oni, Tinggal di Hutan dan Goa

Simak video terkait :

Ya, pada tahun 2017 silam, seorang pengendara motor trail yang sedang menyusuri daerah pedalaman Aceh.

Ia dikejutkan kemunculan sesosok manusia kerdil berlari membawa kayu.

Pengendara motor itu sempat mengejarnya tapi si manusia kerdit terlalu gesit dan menghilang di balik ilalang.

Dari beberapa informasi di internet, diketahui bahwa manusia kerdil itu berasal dari Suku Mante.

Baca juga: Fakta Kebohongan Mayang Soal Dapat Beasiswa FKG Universitas Moestopo, Doddy Sudrajat Cari Alasan

Banyak pro dan kontra yang mengomentari video tersebut.

Banyak yang tidak percaya bahwa manusia Suku Mante masih ada hingga saat ini.

Alasannya, Suku Mante hidup di belantara hutan yang belum terjamah oleh manusia.

Sementara hampir seluruh belantara di Aceh sudah dijamah manusia.

Ada juga yang masih memercayai akan keberadaan suku tersebut, dengan jumlah yang terbatas dan berada di kawasan hutan di luar Aceh.

Sejarawan Aceh, Adli Abdullah mengatakan, keberadaan Suku Mante itu bisa jadi masih ada, namun dalam jumlah yang sudah sangat berkurang.

Suku Mante merupakan salah satu suku yang hampir punah yang tinggal di gua-gua dan pinggir sungai di pedalaman Aceh.

Harian Kompas pernah mengulas suku ini pada 18 Desember 1987 silam dalam sebuah artikel berjudul “Ditemukan Lagi, Suku Mante di Daerah Pedalaman Aceh”.

Tulisan itu sendiri berdasarkan kesaksian seorang pawang hutan bernama Gusnar Effendy.

Ia menemukan Suku Mante hidup di belantara pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur.

Ia juga pernah bertemu dengan suku tersebut di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, Rikit Gaib di Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara.

Berdasarkan pemaparan Gusnar, suku ini umumnya tinggal di gua-gua dan celah gunung.

Jika siang, mereka biasa berada di alur-alur sungai yang berada di tengah lembah.

Beberapa gua yang kerap ditinggali suku terasing ini antara lain Gua Bete, Jambur Atang, Jambur Ketibung, Jambur Ratu dan Jambur Situpang.

Dari segi fisik, Suku Mante ini memiliki ciri-ciri tubuh kerdil dengan tinggi sekitar satu meter.

Rambut terurai panjang hingga pantat. Sebagian dari mereka bertelanjang.

Mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar serta wajah bersegi dengan dahi sempit.

Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek.

Dari beberapa sumber yang bisa kita akses dari internet, di sana disebutkan bahwa Suku Mante merupakan salah satu etnis terawal dan pembentuk etnik-etnik di Aceh.

Suku ini bersama suku lainnya, yakni Lanun, Sakai, Jakun, Senoi dan Semang, merupakan cikal bakal suku-suku yang saat ini ada di Aceh.

Mante pertama kali diperkenalkan oleh Snouck Hurgronje

Menurut keterangan Harian Kompas, nama “Mante” pertama kali diperkenalkan oleh Dr Snouck Hurgronje dalam bukunya, De Atjehers.

Dalam buku itu Snouck mengartikan Mante adalah istilah untuk tingkah “kebodoh-bodohan” dan “kekanak-kanakan”.

Snouck sendiri mengaku belum pernah bertemu dengan Suku Mante.

Dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan. Kamus lain, Gayo-Indonesia tulisan antropolog Nelalatua, Mante diartikan kelompok suku terasing.

Snouck dalam bukunya juga menyebut Mante adalah orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII.

Dijelaskan, pada abad XVIII, sepasang warga Suku Mante ditangkap lalu dibawa ke Sultan Aceh. Mereka tidak mau berbicara dan makan ataupun minum. Akhirnya, keduanya mati.

Sementara itu, terkait keberadaan Suku Mante di Aceh, hingga hari ini tak ada yang mampu mengonfirmasi kebenaran cerita tersebut. Suku Mante masih tetap misterius.

Artikel ini telah tayang di PosBelitung.co

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved