Pantas Presiden Jokowi Diistimewakan Dalam KTT G7, Ternyata Punya Peran Penting
Dalam pertemuan yang dihadiri kepala negara dan kepala pemerintahan anggota G7 itu, Jokowi terlihat jadi tamu istimewa.
TRIBUNMANADO.CO.ID- Presiden Jokowi ternyata menjadi incaran banyak presiden peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7.
Terbukti saat hendak berfoto, banyak yang menghampiri dan berjabat tangan dengan Jokowi.
Ini menjadi kebanggaan Indonesia, lantaran sang presiden diterima oleh berbagai negara.
Baca juga: Pria Ini yang Akan Pimpin Indonesia Selama Presiden Jokowi ke Luar Negeri, Sudah Kewajiban
Selain itu bisa berpeluang menjadi pemersatu berbagai negara.
Presiden Jokowi menghadiri pertemuan pemimpin KTT G7 di Jerman pada Senin (27/6/2022) waktu setempat.
Tahun ini, Jerman selaku negara Presiden G7 mengundang empat negara untuk hadir.
Yaitu Indonesia sebagai Presiden G20.
Baca juga: Presiden Jokowi Akan Gunakan Perlengkapan Ini Saat Berkunjung ke Ukraina dan Rusia, Ada Resiko
Presiden AS Joe Biden ketika memeluk Presiden Joko Widodo saat sesi foto bersama di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Schloss Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022).(Capture Youtube Sekretariat Presiden)
Dan juga Afrika Selatan, Argentina, India dan Senegal mewakili suara negara-negara berkembang.
Selain itu, Uni Eropa juga selalu diundang sebagai pengamat.
G7 adalah kelompok negara-negara maju, diklaim sebagai negara besar dan kaya yang dibentuk pada tahun 1975.
Anggota negara G7 adalah Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Potret Presiden Jokowi Naik Helikopter Militer Menuju Pegunungan Alpen Bavaria Lokasi KTT G7 Jerman
Jokowi Diistimewakan?
Dalam pertemuan yang dihadiri kepala negara dan kepala pemerintahan anggota G7 itu, Jokowi terlihat jadi tamu istimewa.
Dalam sesi foto, Jokowi berdiri pada barisan paling depan dan di tengah berdampingan dengan tuan rumah Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Di sampingnya berdiri Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Usai foto bersama dilanjutkan dengan pertemuan para kepala negara dan kepala pemerintahan tersebut.
Tampak Jokowi juga diberikan tempat duduk istimewa di samping Olaf Scholz.
Selain Jokowi, para pemimpin dari negara mitra G7 yaitu Presiden Argentina Alberto Fernandez, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Senegal Macky Sall, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa juga disambut secara bergiliran oleh Kanselir Olaf.
Dirangkul Joe Biden
Momen Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden merangkul Jokowi tertangkap kamera saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Schloss Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022) siang waktu setempat.
Keduanya terpantau sempat mengobrol, bercanda hingga Biden memberikan rangkulan.
Dipantau dari siaran video YouTube Sekretariat Presiden Senin malam, Jokowi tiba di lokasi KTT G7 dan disambut Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Olaf tampak menyalami Jokowi.
Keduanya pun berbincang singkat diselingi tawa kecil.
Kanselir Olaf kemudian mengajak Jokowi berfoto bersama sebelum memintanya masuk ke ruangan konferensi sesi working lunch.
Kemudian para pemimpin negara G7 dan pemimpin negara mitra G7 keluar ruangan untuk melakukan sesi foto bersama.
Saat berjalan menuju lokasi sesi foto, Jokowi dan Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi tampak bersalaman sambil berbincang.
Sebagaimana diketahui, Italia merupakan pemegang Presidensi G20 pada 2021 sebelum diserahkan kepada Indonesia tahun ini.
Saat para pemimpin berbaris untuk bersiap melakukan sesi foto, Jokowi tampak berada di deretan paling depan.
Di samping kanannya berdiri Kanselir Olaf Scholz dan di samping kirinya berdiri Presiden Joe Biden. Adapun di belakang Jokowi berdiri PM Jepang, Fumio Kishida.
PM Kishida tampak menepuk Jokowi untuk menyapanya. Saat Jokowi menoleh, keduanya bersalaman dan saling bertegur sapa dengan hangat.
Senyum selalu terkembang di wajah PM Kishida ketika keduanya berbincang.
Setelah bertegur sapa dengan PM Kishida, Jokowi disapa Presiden Joe Biden. Keduanya lantas bersalaman dan berbincang.
Tidak terdengar jelas apa yang dibicarakan oleh keduanya, tetapi Biden sempat terdengar mengatakan "Thank You," kepada Jokowi.
Kedua pemimpin itu pun tertawa di sela-sela perbincangan mereka.
Bahkan Presiden Biden sempat merangkul Presiden Jokowi. Jokowi juga tampak sempat membuat gerakan seolah akan menyandarkan kepala di pundak kanan Biden.
Sesi foto bersama pun dimulai, Jokowi yang berada di baris depan diapit oleh Kanselir Olaf dan Presiden Biden.
Saat berada di ruang KTT pun formasi tempat duduk masih sama, yakni Jokowi diapit oleh Kanselir Olaf di sebelah kanan dan Presiden Biden di sebelah kirinya.
Dalam pertemuan G7 kali ini Presiden Jokowi juga dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara yang hadir.
Yaitu Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Senegal Macky Sall dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT G7 kali ini yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Apa itu G7?
Forum yang digelar rutin setiap tahun itu beranggotakan 7 negara industri maju. Anggota forum itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Jepang, Kanada, dan Perancis.
Tempat pelaksanaan KTT G7 selalu berpindah-pindah setiap tahun. Forum ini membahas situasi dunia yang bertujuan untuk mencapai keputusan dan kesepakatan untuk bekerja sama di bidang-bidang tertentu.
Namun, keputusan dan kesepakatan itu hanya bersifat usulan dan rekomendasi, sehingga tidak bersifat mengikat.
Hasil pertemuan puncak biasanya diumumkan dalam sebuah komunike atau pernyataan bersama.
Menjadi pertanyaan adalah mengapa Indonesia yang bukan negara industri maju tetapi diundang sebagai peserta dalam forum itu?
Merunut dari sejarah, forum itu didirikan oleh 6 negara industri kaya pada 1975 di Rambouillet, Perancis, sehingga mulanya dinamakan sebagai kelompok G6.
Konferensi itu diawali dari pertemuan para menteri keuangan 6 negara yang membahas isu-isu seputar perekonomian dunia.
Kanada baru menyusul masuk menjadi anggota pada 1976, sehingga nama forum itu diubah menjadi G7.
Sepanjang 1980-an, pertemuan kelompok G7 menjadi simbol politis kekuatan ekonomi negara-negara blok Barat dan sekutunya terhadap Uni Soviet.
Setelah Uni Soviet runtuh dan pecah pada 1991, Rusia kemudian berupaya menjadi peserta G7.
Perwakilan Rusia pertama kali hadir sebagai tamu pada KTT G7 pada 1992. Enam tahun kemudian Rusia bergabung sebagai anggota untuk mengikuti seluruh agenda pertemuan G7.
Selepas Rusia menjadi anggota, nama kelompok itu diubah menjadi G8. Keanggotaan Rusia ditangguhkan pada 2014 setelah mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina.
Rencana KTT G8 yang pada saat itu akan digelar di Rusia juga dibatalkan. Selain itu, nama kelompok itu kembali diubah menjadi G7.
Simbol kesenjangan Pertemuan kelompok G7 kerap diwarnai dengan aksi unjuk rasa. Maka dari itu, negara-negara yang menjadi tuan rumah KTT G7 bakal meningkatkan pengamanan mereka, terutama di wilayah ibu kota negara dan lokasi kegiatan berlangsung.
Alasan mengapa pertemuan G7 kerap menjadi sasaran aksi demo kalangan masyarakat sipil karena kelompok itu dinilai simbol kesenjangan antara negara-negara kaya dan berkembang di dunia.
Sebab, meskipun negara G7 hanya mewakili sepuluh persen populasi dunia, kelompok ini menguasai 45 persen perekonomian global.
Kalangan masyarakat sipil kerap mendesak supaya negara-negara kaya yang tergabung dalam G7 tidak cuma memberi bantuan bagi negara-negara miskin.
Mereka berharap anggota G7 turut mengatasi kesenjangan dan memerangi penyebab ketimpangan itu supaya tatanan lebih adil.
Karena kerap dikritik, dalam beberapa tahun terakhir G7 turut mengundang sejumlah negara berkembang untuk hadir dan memberikan pandangan. Contohnya pada tahun ini.
Jerman selaku negara Presiden G7 mengundang empat negara untuk hadir, yaitu Indonesia sebagai Presiden G20, Afrika Selatan, Argentina, India dan Senegal buat mewakili suara negara-negara berkembang.
Selain itu, Uni Eropa juga selalu diundang sebagai pengamat.
Selain membahas persoalan perekonomian dunia, dalam beberapa tahun terakhir G7 turut membahas beberapa persoalan lain. Yaitu keamanan, migrasi, perubahan iklim.
Khusus pada KTT G7 tahun ini di Jerman, persoalan perang di Ukraina dan ancaman krisis pangan dunia juga masuk dalam agenda pembahasan.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dan Kompas.com