Berita Minsel
Fenomena Pantai Amblas Amurang Berpotensi Terjadi di Sepanjang Pesisir Utara Sulut
Peristiwa amblasnya sebagian jalan kawasan Boulevard Amurang berpotensi terjadi di sepanjang pesisir utara Sulawesi.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Frandi Piring
Tribunmanado.co.id - Manado - Peristiwa pantai amblas di Amurang, Minahasa Selatan (Minsel), Sulut berpotensi terjadi di sepanjang pesisir utara Sulawesi.
Hal ini diungkapkan Ketua Lembaga Geospasial Bumi Nusantara Ir Agus Budiharso MSc.
"Kejadian serupa di Amurang besar kemungkinan juga akan terjadi di sepanjang pantai utara Sulawesi. Di mana dasar laut di depannya adalah jurang dengan kedalaman lebih dari 500 meter," kata Agus kepada Tribunmanado.co.id, Kamis (16/06/2022) malam.
Kata Agus, dasar laut di depan pantai dengan permukiman yg dekat laut sebetulnya berada di atas tebing yg curam dan dalam.
"Jadi amblas itu yang terjadi adalah landslide (longsor) ke dalam laut," kata pendiri Yayasan Pengkajian dan Advokasi Geospasial sekaligus Pengamat Kebencanaan ini.
Terkait itu, Agus mengungkapkan pula, Amurang, Minsel berada pada zona likuifaksi. Artinya, wilayah bencana memang berada pada zona yang besar potensinya terjadi likuifaksi.
Hal ini berdasarkan peta Zona Kerentanan Likuifaksi Provinsi Sulwesi Utara skala 1 : 250.000, yang dikeluarkan oleh Badan Geologi, Pusat Airtanah dan Geologi Tata Lingkungan Tahun 2019.
Lokasi Jembatan Amurang yang amblas terletak di zona Kerentanan Likuifaksi Tinggi.
"Zona kerentanan yang dapat mengalami likuifaksi secara merata dan struktur tanah umumnya menjadi rusak parah hingga hancur," jelasnya.
Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa likuifaksi aliran (flow liquefaction), pergeseran lateral (lateral displacement), penurunan tanah vertikal (vertical displacement) dan semburan pasir (sandboil).
Di sisi lain, Berdarkan peta kedalaman laut yang diterbitkan oleh Dinas Hidro Oceanografi TNI AL Tahun 2002, pesisir Teluk Amurang kondisi batimetrisnya dari garis pantai ke arah laut adalah datar cenderung landai dengan kedalam 0 – 50 meter dengan lebar bervariasi.
Selanjut semakin ke arah laut tiba-tiba kedalam dasar laut mencapai 527 meter.
Artinya dasar laut Teluk Amurang itu ada dinding terjalnya. Dengan kondisi demikian ini, ditambah batuan penyusun di pesisir Teluk Amurang adalah alluvium yang berupa sedimen dengan material yang cenderung kompak, maka mudah terjadi longsor pada dinding dasar laut di Kawasan tersebut.
"Akibat longsor tersebut, dimungkinkan menjadi penyebab amblasnya jembatan dan runtuhnya bangunan yang baru-baru ini terjadi," katanya. (ndo/tribunmanado.co.id)