Presiden Jokowi Ungkap Perdana Menteri yang Memohon Dikirim Minyak Goreng, Dari Negara Sahabat
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan ancaman terjadinya krisis pangan, krisis energi, serta kenaikan inflasi yang saat ini melanda dunia.
"Tetapi ancaman krisis pangan, ini juga bisa kita jadikan peluang karena lahan kita yang besar, banyak yang belum dimanfaatkan, banyak yang belum produksi," tegas Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan situasi ekonomi global tak terprediksi. Ini diperparah dengan perang Rusia dan Ukraina. Akibatnya, berbagai peristiwa ini berdampak pada sejumlah sektor krusial, termasuk energi dan pangan.
Apalagi Bank Dunia dan IMF sudah menyampaikan akan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya dan 40 di antaranya diperkirakan pasti akan ambruk. Sehingga Jokowi meminta aparat negara harus memiliki kepekaan terhadap ancaman krisis.
"Inilah ketidakpastian yang tadi saya sampaikan dan kita semua harus tahu, harus mempunyai kepekaan, harus mempunyai sense of crisis semuanya. Kerja sekarang ini tidak bisa hanya makronya, tidak bisa," tegasnya.
"Mikronya, detail harus tahu. Inilah yang sering saya sampaikan ke Pak Ateh, Pak Kepala BPKP. Pak, detail ini dicek. Pak, detail ini tolong saya dibantu. Untuk apa? Policy-nya jangan sampai keliru," lanjutnya.
Maka dari itu, Jokowi mengingatkan ada tiga hal yang penting dari belanja pemerintah yang harus diperhatikan. Pertama adalah menciptakan nilai tambah pada negara.
"Jangan beli hanya beli, belanja hanya belanja, harus memberikan nilai tambah pada negeri ini.
Yang kedua, bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri, men-trigger pertumbuhan ekonomi. Yang ketiga, memang efisien. Ini harus," tegasnya.
Ia kembali mengingatkan jangan sampai Indonesia memiliki APBN dan APBD yang tinggi, tapi yang dibeli adalah produk-produk impor.
"Ini uang rakyat, uang yang dikumpulkan dari pajak, baik dari PPN, PPH badan, PPH perorangan, PPH karyawan, dari pihak ekspor, dari PNPB, dikumpulkan dengan cara yang tidak mudah, kemudian belanjanya belanja produk impor. Bodoh sekali kita," ucapnya.(tribun network/fik/dod)
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com