Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah 4 Juni 1989, Tragedi Besar Melibatkan Ratusan Ribu Orang, Puluhan Tank Dikerahkan

Dalam pembantaian Tiananmen 4 Juni, sekitar 100.000 orang berkumpul di utara Kota Terlarang, istana yang menjadi simbol besarnya Kekaisaran China.

Editor: Rizali Posumah
MANUEL CENETA / AFP
6 Juni 1989 memperlihatkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) didukung puluhan tank mengamankan jalan raya Chang'an yang menuju Lapangan Tiananmen, Beijing 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - 4 Juni 1989 dikenang dalam sejarah sebagai salah satu tragedi besar yang pernah terjadi. 

Tragedi ini melibatkan sekitar Rp 100.000 orang. 

Mereka terdiri dari mahasiswa, buruh hingga masyarakat biasa. 

Tragedi ini dikenal sebagai Pembantaian Tiananmen, yakni salah satu tragedi berdarah terbesar di China.

Dalam pembantaian Tiananmen 4 Juni, sekitar 100.000 orang berkumpul di utara Kota Terlarang, istana yang menjadi simbol besarnya Kekaisaran China sejak ribuan tahun silam.

Mereka terdiri dari mahasiswa, buruh, dan masyarakat biasa yang memprotes Pemerintah China karena dianggap membungkam demokrasi.

Unjuk rasa berlangsung selama tujuh pekan sejak 27 April 1989.

Deng Xiaoping yang kala itu memimpin Partai Komunis China kemudian mengerahkan puluhan tank untuk membantu tentara "mensterilkan" Lapangan Tiananmen.

Sejumlah laporan tak resmi menyebut korban tewas lebih dari 300 orang termasuk demonstran dan tentara, tetapi angka sebenarnya diprediksi mencapai 1.000 orang.

Kemudian sekitar 10.000 orang ditangkap dalam pembantaian Tiananmen 1989.

Latar belakang peristiwa Tiananmen

Melansir laman History, pada Mei 1989 hampir satu juta orang China yang kebanyakan pelajar muda, memadati pusat kota Beijing untuk menuntut demokrasi yang lebih besar.

Mereka juga meminta pengunduran diri para pemimpin Partai Komunis China yang dianggap terlalu represif.

Kemudian mengutip artikel Kompas.com pada 3 Juni 2019, pemicu lainnya demo ini adalah meninggalnya Sekretaris Jenderal Partai Komunis, Hu Yaobang, pada 15 April 1989.

Hu dikenal sebagai tokoh reformis yang membuka diri terhadap demokrasi. Massa pun curiga dengan kematian Hu.

Untuk mengenang kematian Hu Yaobang, 100.000 mahasiswa berkumpul di Lapangan Tiananmen. Mereka menyuarakan ketidakpuasan kepada Pemerintah China yang otoriter.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved