Gempa Bumi
Gempa Guncang Jawa Timur Rabu 25 Mei 2022, Baru Saja Guncangan di Laut, Berikut Keterangan dari BMKG
Info gempa bumi terkini hari ini, Rabu 25 Mei 2022. Gempa mengguncang wilayah Jawa Timur sore ini.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Info gempa bumi terkini hari ini, Rabu 25 Mei 2022.
Gempa mengguncang wilayah Jawa Timur sore ini.
Berikut keterangan terkait gempa di Jatim.
Baca juga: Kampanye Pilhut Minahasa Bergulir, 338 Calon di 98 Desa Rayu Hati Masyarakat dengan Visi Misi
Baca juga: Kecelakaan Tadi Pukul 06.00 WIB, 7 Orang Jadi Korban, Angkot Kecepatan Tinggi Tabrak Motor dan Toko
Baca juga: Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Daftar Makanan yang Bisa Membuat Cepat Ngantuk Saat Malam Hari
Berdasarkan info BMKG gempa bumi terjadi di wilayah Pacitan, Jawa Timur pada pukul 15.33 WIB, Rabu (25/5/2022).
Diketahui guncangan gempa berkekuatan magnitudo 4,2 berpusat di darat.
BMKG menambahkan titik lokasi gempa berada di koordinat 10.97 LS,111.39 BT.
Pusat gempa itu sendiri berada di darat 311 kilometer tenggara Pacitan, Jawa Timur.
Sementara itu gempa berpusat pada kedalaman 30 kilometer.
"Info Gempa Mag:4.2, 25-Mei-22 15:33:10 WIB, Lok:10.97 LS,111.39 BT (311 km Tenggara PACITAN-JATIM), Kedlmn:30 Km ::BMKG-PGR VII" Twitter bmkgjogja.
Potensi Tsunami di wilayah Pacitan
Mengenai potensi tsunami di pantai Pacitan, Jawa Timur dijelaskan pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, untuk menyiapkan skenario terburuk jika terjadi gempa dan tsunami di daerah itu.
Pemerintah dan warga masyarakat diharapkan waspada dan siaga setiap waktu.
Skenario terburuk, kata dia, perlu disiapkan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang berpotensi terjadi di pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
"Berdasarkan hasil penelitian, wilayah Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit.
Adapun tinggi genangan di darat berkisar antara 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4-6 kilometer dari bibir pantai," kata Dwikorita dikutip dari Antara, Minggu (12/9/2021).
Dwikorita mengaku, sebelumnya telah melakukan verifikasi zona bahaya dan menyusuri jalur evakuasi bencana.
Hal itu dilakukan bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
Menurut dia, dengan skenario terburuk, maka masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri.
Iklan untuk Anda: Ibu rumah tangga ditelan oleh python raksasa Selamat
Advertisement by
Adapun langkah tersebut, lanjutnya, harus dilakukan ketika ada peringatan dini tsunami maksimal 5 menit setelah gempa terjadi.
Masyarakat, kata Dwikorita, terkhusus yang berada di wilayah pesisir pantai, harus segera mengungsi ke dataran lebih tinggi jika merasakan guncangan gempa besar.
"Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine,
segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit, sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh," jelasnya.
Ia menerangkan, skenario artinya masih bersifat potensi yang bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi.
Namun, masyarakat dan pemda diminta sudah harus bersiap dengan skenario terburuk itu.
Menurut dia, jika masyarakat dan pemda telah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalisasi.
"Dengan skenario terburuk ini, pemerintah daerah bersama-sama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif," tutur Dwikorita.
"Jika masyarakat terlatih, maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi.
Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," sambung dia.
Mendorong agar skenario terburuk disiapkan, Dwikorita menambahkan informasi bahwa hingga kini tidak ada teknologi di satu negara mana pun
yang mampu memprediksi waktu terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat.
Prediksi gempa dan tsunami hingga kini masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut.
Lebih lanjut, Dwikorita merekomendasikan agar pemda menyiapkan dan menambah jalur-jalur evakuasi lengkap dengan rambu-rambu di zona merah menuju zona hijau.
Pemerintah daerah, lanjutnya, juga harus lebih cermat dan tepat dalam memperhitungkan jumlah dan lokasi jalur evakuasi yang dibutuhkan.
Hal ini harus didasarkan pada luasnya zona bahaya atau zona merah dan padatnya permukiman penduduk.
"Pertimbangannya adalah jarak lokasi tempat evakuasi, waktu datangnya gelombang genangan tsunami, kelayakan jalur,
serta menyiapkan mekanisme dan sarana prasarana evakuasi secara tepat," tuturnya.
Soal skenario terburuk menghadapi bencana, Dwikorita juga meminta adanya persiapan secara khusus terkait sarana
dan prasarana evakuasi bagi kelompok lanjut usia dan difabel.
Kemudian, pemda juga diminta harus mengedukasi masyarakat mengenai potensi bencana dan cara menghadapinya.
Ia menambahkan, perlu ada semacam tempat evakuasi sementara (TES)
ataupun tempat evakuasi akhir (TEA) sebagai tempat penampungan khusus bagi warga yang mengungsi.
Namun, tempat tersebut juga harus dipastikan ketersediaan stok atau cadangan logistik yang memadai.
Sebagian telah tayang Kompas.com
(Tribunmanado.co.id)