Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bentara Budaya

Melihat Karya dan Perjalanan Kepenulisan Sindhunata di Bentara Budaya Yogyakarta

Acara ini terselenggara atas kerja sama Bentara Budaya dengan Harian Kompas, Gramedia Pustaka Utama (GPU), Majalah Basis, dan Omah Petroek.

Dokumen Bentara Budaya
Sindhunata menerima penghargaan KG tepat pada perayaan ulang tahunnya yang ke-70 di Kompleks Omah Petroek, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (15/5/2022) malam. 

Beberapa karyanya antara lain: Anak Bajang Menggiring Angin (1983), Menyusu Celeng (2018), Air Kata-kata (2003), Air Kejujuran (2019), Putri Cina (2007), Anak Bajang Mengayun Bulan (2022), dan lain-lain.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Sebaiknya Sarapan di Pagi Hari Sebelum Melakukan Aktivitas

Sampai saat ini, Sindhunata telah melahirkan banyak tulisan jurnalistik serta puluhan buku. Sebagian besar mengedepankan tentang kemanusiaan.

Tema tersebut memang menjadi perhatian utamanya. Bahkan sejak dirinya masih wartawan muda di Majalah Teruna.

Sindhunata tidak hanya menghadirkan kemanusiaan lewat feature atau berita, tapi juga lewat berbagai ragam tulisan lain.

Novel Anak Bajang Menggiring Angin, salah satu karya Sindhunata berlatar kisah pewayangan Ramayana mampu menampilkan sisi kemanusiaan yang kuat.

Novel Anak Bajang Menggiring Angin bukan saja sebuah cerita yang menghadirkan keindahan kata-kata, tapi ibarat cermin kehidupan manusia yang penuh ambisi, dan pengharapan.

Novel yang bermula dari cerita bersambung di Kompas ini bukan saja jejak penting bagi Sindhunata, namun kehadiran menjadi bermakna di tengah generasi yang tidak lagi dekat dengan wayang.

Pada tahun 2019, novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Herding the Wind.

Baca juga: Sosok Odekta Naibaho Gadis Atlet Lari, Sumbang Medali Emas SEA Games 2021

Tahun 80-an merupakan periode penting bagi Sindhunata.

Selain Anak Bajang Menggiring Angin menjadi karya sastra yang digemari masyarakat, terbit pula bukunya yang lain berjudul Dilema Usaha Manusia Rasional.

Buku ini berisi tentang Sekolah Frankfurt dengan tokoh – tokohnya seperti Marx Hokheimer, dan Theodor Ardono.

Dilema Usaha Manusia Rasional menjadi buku yang diperbincangkan berbagai kelompok.

Bahkan sampai saat ini masih banyak yang mencari buku tersebut sampai kemudian dicetak ulang.

Pada tahun 1982, Sindhunata bersama dengan teman-teman wartawan Kompas dan beberapa seniman mendirikan Bentara Budaya yang menempati ruangan di sebelah toko buku Gramedia Yogyakarta.

Lewat Bentara Budaya, Sindhunata mengenal beberapa perupa. Bahkan dirinya menjadi bagian dari perkembangan seni rupa di Yogyakarta. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved