Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Psikologi

Mengenal Berbagai Jenis Orientasi Seksual dari Hetero hingga LGBT

Banyak dari kita di Indonesia umumnya berpendapat bahwa orientasi di luar Heteroseksual adalah tidak normal.

Editor: Rizali Posumah
BBC
Di luar Hetero ada beragam jenis orientasi lainnya termasuk Lesbian Gay Biseksual dan Trangender (LGBT) 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Ada pepatah mengatakan, "sering kali ketiadaan pengetahuan membuat kita membenci sesutu." 

Terkait pepatah itu, kali ini kita akan mengulas tentang jenis-jenis orientasi seksual. 

Banyak dari kita di Indonesia umumnya berpendapat bahwa orientasi di luar Heteroseksual adalah tidak normal. 

Heteroseksual sendiri adalah orientasi seksual di mana seorang pria tertarik pada perempuan dan seorang perempuan tertarik pada pria. 

Di luar Hetero ada beragam jenis orientasi lainnya termasuk Lesbian Gay Biseksual dan Trangender (LGBT)

Nah benarkah bahwa orientasi di luar Hetero adalah tidak normal? 

Mendengar kata orientasi seksual, kita mungkin langsung mengaitkannya dengan homoseksual, heteroseksual, maupun kelompok LGBT.

Nyatanya, orientasi seksual ternyata tak hanya dua jenis di atas.

Orientasi seksual adalah ketertarikan emosional, seksual, dan romantisme yang dirasakan seorang individu terhadap individu lain.

Menurut ahli, orientasi seksual bukanlah sesuatu yang dipilih seorang individu. 

Dengan begitu, pakar sepakat bahwa orientasi seksual seseorang tidak dapat diubah.

Sebagian orang mungkin sudah menyadari orientasi seksual yang ia miliki sejak kecil.

Walau demikian, beberapa individu lain memerlukan pengalaman seksual terlebih dahulu untuk bisa mengidentifikasi orientasi seksual dalam dirinya.

Mengutip pernyataan Dr Roslan Yusni Hasan atau Ryu Hasan selaku pakar neurologi yang diterbitkan Kompas.com pada 2018, sebagai pengetahuan ilmiah, biologi bebas nilai atau moral sehingga tidak ada yang baik atau jelek.

“Nilai itu pada suatu tempat dan saat bisa berbeda dengan tempat dan saat yang lain,” ujarnya.

Dia melanjutkan, jadi dalam biologi, istilah tidak normal itu enggak ada.

Sekarang kalau ditanya, secara biologi rambut keriting dan rambut lurus, mana yang normal? Dua-duanya varian. Mata sipit atau belok? Kulit hitam, kulit putih, kulit merah? Semua itu adalah varian.

Varian ini rupanya juga terjadi pada jenis kelamin dalam penafsiran biologi.

“Kita itu selalu menganggap bahwa yang namanya jenis kelamin hanya dua, kalau tidak laki-laki ya perempuan. Ini pengetahuan zaman berapa?” ujar Ryu.

Jenis-jenis yang tidak teridentifikasi secara pasti ini, kata Ryu, disebut sebagai interseks dan kini telah dikelompokkan hingga mencapai 43 jenis.

“Kalau orientasi seksual ini diarahkan ke jenis kelamin, berarti orientasi seksual tidak dua. Interseks saja ada 43,” kata Ryu.

Melihat fakta tersebut, bisa disimpulkan bahwa identitas jender, jenis kelamin, dan orientasi seksual itu adalah tiga hal yang terpisah.

Orientasi seksual dan perilaku manusia lainnya, kata Ryu, tidak dipengaruhi oleh jenis kelaminnya, melainkan dibentuk oleh sirkuit otak, neurotransmitter, dan hormon.

Sementara itu, kedokteran yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia individual dan bukan biologi mengakui apa yang normal dan tidak normal.

“Tapi yang membuat tidak normal itu adalah nilai atau gagasan di mana orang itu gampang sakit atau gampang mati,” ujarnya.

Dia melanjutkan, kalau ditanya apakah LGBT menurut kedokteran itu sakit atau tidak, LGB-nya tidak, tetapi T-nya yang sakit.

Soalnya, lesbian, gay, dan biseksual adalah orientasi seksual; sementara transjender adalah orang yang tidak nyaman dengan identitas seksualnya.

Oleh karena itu, yang membuat LGB bisa disebut sakit dalam kedokteran adalah ketika orang tersebut merasa tidak nyaman atau terganggu dengan orientasi seksualnya sehingga yang dihilangkan adalah rasa tidak nyaman tersebut, bukan orientasi seksualnya.

Hal ini telah dituangkan dalam buku panduan diagnosis dan statistik psikiatri (DSM) yang menyatakan bahwa orientasi seksual bukan penyakit sejak tahun 1973.

Di Indonesia, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang merupakan campuran dari DSM-IV dan International Classification of Diseases (ICD) telah ditetapkan oleh Depkes.

Sejak revisi kedua, PPDGJ telah mengeluarkan orientasi seksual dari kelompok penyakit.

“Bahkan, ditegaskan dalam PPDGJ-III bahwa orientasi seksual jangan sekali-kali dipandang sebagai penyakit.

Jadi, memang sebetulnya orientasi seksualnya itu tidak masalah, yang masalah adalah aktivitasnya,” kata Ryu.

Buku panduan psikitari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) tidak lagi mengklasifikasikan orang-orang lesbian, gay, biseksual, atau transgender sebagai gangguan kejiwaan.

Homoseksualitas pertama kali tercantum dalam DSM sebagai kondisi kejiwaan tahun 1968, dan dihapus pada tahun 1987.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian menyusul untuk menghapuskan homoseksualitas tahun 1992.

Jenis-jenis orientasi seksual

Ada beragam jenis orientasi seksual yang diidentifikasi oleh tiap-tiap individu. Beberapa yang terkenal di antaranya, yaitu:

1. Heteroseksual

Heteroseksual berarti orientasi yang membuat seseorang tertarik pada lawan jenis gendernya. Misalnya, seorang pria tertarik secara emosional dan seksual kepada seorang perempuan.

Heteroseksual mungkin menjadi orientasi yang paling kita kenali dan dianggap sebagai orientasi mayoritas.

2. Homoseksual

Homoseksual adalah orientasi individu yang memiliki ketertarikan fisik, emosional, seksual, dan romantisme terhadap individu lain yang memiliki gender yang sama.

Pria yang tertarik pada pria lain sering disebut gay. Sementara itu, wanita yang juga tertarik terhadap wanita disebut sebagai lesbian.

3. Biseksual

Sering disingkat “bi”, biseksual adalah ketertarikan seorang individu dengan dua gender, yakni yang ia miliki, dan gender yang lain. Contohnya, ada seorang wanita yang menyukai laki-laki, namun juga tertarik terhadap perempuan.

4. Aseksual

Orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai aseksual tidak akan tertarik secara seksual terhadap invidu lain. Walau tak memiliki ketertarikan secara seksual, individu aseksual masih memiliki keinginan untuk menjalin percintaan.

Penting untuk diingat, individu aseksual bukanlah orang yang memiliki disfungsi seksual. Sederhananya, mereka tak ingin berhubungan seks.

5. Aromantik

Apabila individu aseksual tidak memiliki ketertarikan seksual, orang aromantik tidak memiliki ketertarikan romantis terhadap orang lain.

Walau berbeda, orientasi ini bukanlah orientasi eksklusif. Dalam artian, individu aseksual juga mungkin mengindentifikasi diri sebagai individu aromantik.

6. Androseksual

Androseksual adalah orientasi atau ketertarikan terhadap pria atau seseorang yang maskulin. Orientasi ini dapat dirasakan oleh seorang individu, walau ia juga mengidentifikasi diri dengan orientasi seksual lainnya.

Sebagai contoh, seorang wanita heteroseksual dan pria homoseksual bisa merangkap sebagai androseksual, karena tertarik terhadap pria.

6. Gineseksual

Gineseksual berkebalikan dengan androseksual. Individu gineksual akan tertarik pada perempuan dan orang yang feminin.

Sama seperti androseksual, gineseksual juga dapat diidentifikasi oleh individu dari orientasi lain. Misalnya, wanita homoseksual (lesbian) dan pria heteroseksual bisa dikatakan sebagai gineseksual karena tertarik pada perempuan.

7. Demiseksual

Demiseksual tidak merujuk pada orientasi terhadap gender, melainkan pada tingkat kedekatan emosionalnya dengan seseorang.

Orang yang mengidentifikasi diri sebagai individu demiseksual hanya bisa tertarik seksual dengan seseorang apabila sudah merasa dekat secara emosional. Kedekatan tersebut bisa terbangun dengan cepat maupun setelah bertahun-tahun bersama.

8. Panseksual

Panseksual disebut juga omniseksual. Omni merujuk pada istilah yang artinya “semua”. Dengan demikian, individu panseksual dapat tertarik terhadap semua jenis kelamin (seks) maupun gender.

Orang panseksual bisa tertarik terhadap pria, wanita, transgender, interseks (orang dengan jenis kelamin yang tidak teridentifikasi sebagai pria maupun wanita), gender ketiga (individu yang tidak mengidentifikasi diri sebagai perempuan maupun laki-laki), hingga queer.

Walau bisa tertarik dengan segala jenis kelamin dan gender, bukan berarti orang panseksual bisa tertarik dengan semua orang yang mereka temui.

9. Queer

Queer digunakan sebagai “payung” untuk orang yang merasa label-label di atas tidak dapat mencakup orientasi yang ia miliki, namun khusus bagi orang-orang non-heteroseksual dan non-gender.

Misalnya, walau seorang wanita tertarik terhadap wanita lain, ia mungkin tak ingin dilabeli sebagai seorang lesbian.

Karena orientasi seksual ada banyak jenisnya, orang di sekitar kita mungkin memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan kita. Walau berlainan, tidak mendiskriminasi orang lain adalah hal terbaik.

SUMBER Kompas.com: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/08/104459120/berkenalan-dengan-definisi-orientasi-seksual-dan-jenis-jenisnya?page=all

dan https://sains.kompas.com/read/2018/01/25/210700623/secara-biologi-dan-kedokteran-lgbt-normal-atau-tidak?page=all

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved