Wawancara Eksklusif
Fasilitas RSUP Prof RD Kandou Manado Tak Kalah Saing dengan Rumah Sakit Internasional
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof RD Kandou, merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia bagian timur.
Penulis: Nielton Durado | Editor: Handhika Dawangi
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof RD Kandou, merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia bagian timur.
RSUP Prof RD Kandou sendiri kini semakin berkembang dengan banyaknya fasilitas yang dihadirkan oleh pihak management.
Selama bertahun-tahun, RSUP Prof RD Kandou sudah melayani ratusan ribu masyarakat baik dari Sulut, Sulteng, dan masih banyak lagi.
Sebagai rumah sakit rujukan di Indonesia bagian timur, apa saja keunggulan yang dimiliki RSUP Prof RD Kandou?

Simak wawancara ekslusifnya bersama Direktur Utama (Dirut) RSUP Prof RD Kandou, Dr dr Jimmy Panelewen :
TM : Meskipun sudah menjadi rumah sakit rujukan di Indonesia Timur, masih banyak juga masyarakat yang meragukan rumah sakit ini baik dari fasilitas ataupun SDM, seperti apa tanggapannya pak?
JP : Sebagai rumah sakit rujukan di Indonesia timur memang banyak mendapat sorotan sekaligus tantangan.
Tapi RSUP Prof RD Kandou saat ini sudah menjadi rumah sakit tipe A rujukan nasional, artinya ini adalah rujukan terakhir di daerah dimana kami diberikan kepercayaan terakhir untuk menampung.
Karena RSUP Prof RD Kandou berada di Sulawesi Utara, maka penampungannya bukan hanya khusus warga Sulut saja.
Namun warga dari provinsi lain juga berhak berobat disini, seperti Maluku dan sekitarnya.
Kalau berbicara fasilitas, saya bisa tegaskan jika fasilitas RSUP Prof RD Kandou adalah yang paling update.
Jadi mau dibilang mutakhir, ini yang paling mutakhir. Bisa dibilang peralatan yang ada di RSUP Prof RD Kandou tidak kalah dengan rumah sakit yang ada di Jakarta maupun di dunia.
Bahkan fasilitas yang ada di RSUP Kandou juga pernah mendapat pengakuan dari mantan Menteri Kesehatan yakni dr Terawan.
TM : Lalu apakah fasilitas yang sangat luar biasa ini sudah linear dengan sumberdaya manusia yang ada di RSUP Kandou?
JP : RSUP Kandou secara stimulan tentunya juga menyiapkan hal ini, bahkan bisa saya pastikan jika teman-teman yang ada di RSUP Kandou sangatlah kompeten dalam hal ini.
Bahkan kemampuan mereka bisa bersaing dengan dokter dan tenaga medis dari internasional.
Begitu juga dalam penyediaan alat, tentu kita akan melihat SDMnya dulu. Karena ini salah satu tolak ukurnya.
TM : Kalau di RSUP Prof RD Kandou saat ini sudah punya berapa ruangan? Apakah ada ruangan yang punya layanan khusus?
JP : Hingga saat ini RSUP Kandou punya 844 tempat tidur.
Selain itu, saya juga sempat minta agar pak Menteri Kesehatan bisa memperhatikan bangun infrastruktur yang ada di RSUP Kandou.
Karena bangunannya sudah sangat, tapi kami juga optimis jika kedepannya akan mendapatkan bangunan dengan 11 lantai.
Kalau nanti RSUP Kandou mendapatkan bangunan 11 lantai ini, maka akan kami prioritaskan untuk layanan kanker.
TM : Baru-baru ini RSUP Kandou sukses melakukan operasi kembar Siam dan viral di media sosial, bisa diceritakan bagaimana proses dan persiapannya?
JP : Di tahun 2019 saat bayi kembar siam ini lahir, kami langsung membentuk tim.
Dalam tim ini hampir semua disiplin ilmu masuk.
Mulai dari dokter anak, dokter bedah, hingga dokter bedah jantung.
Saya juga pastikan bahwa semua dokter yang bekerja adalah asli putra dan putri Sulawesi Utara.
Diawal memang sempat ada ketidakpercayaan diri, dan kami sempat menghubungi salah satu dokter luar.
Tapi saya kemudian memberikan tantangan kepada mereka, dan harus berhasil.
Tantangan ini kemudian dijawab oleh mereka, dengan mengatakan mampu.
Sebelumnya, kasus-kasus seperti ini kami kirim ke Jakarta. Namun kali ini kami mengambil langkah berani dengan melakukan operasi tersebut.
Puji Tuhan, operasinya berjalan dengan sukses.
TM : Operasi ini kan dilihat hampir semua masyarakat Sulut dan beberapa top eksekutif, apakah tim medis sempat merasa gugup wkatu itu?
JP : Pasti, itu manusiawi. Tapi saya melihat seluruh tim mengerjakan ini dengan profesional.
Tapi ini semua karena mereka terbiasa, karena mereka juga pengajar dan pernah ada aktivitas melakukan operasi seperti ini, jadi sudah biasa.
Selain itu, tim untuk operasi siam ini kurang lebih ada 70 orang. Mulai dari perawat hingga dokter spesialis.
Operasi ini awalnya ditargetkan berlandaskan selama 13 jam, tapi puji Tuhan operasinya berjalan sukses hanya dalam waktu sembilan jam saja.
TM : Awalnya kan ditargetkan sebanyak 13 jam, tapi operasinya sukses dalam waktu sembilan jam saja. Kira-kira apa kunci suksesnya?
JP : Yang pertama ini adalah pertolongan Tuhan.
Yang kedua saya melihat karena kehati-hatian dan mereka menargetkan ini harus sukses.
Selain itu, tim juga bekerja dengan cepat dan ini semua tidak lepas dari persiapan yang matang.
TM : Setelah operasi dan sukses, apakah sampai sekarang tim dari RSUP Kandou masih memantau kesehatan dari dua bayi ini?
JP : Sebagai orang bedah ada tiga tahap yang harus diperhatikan.
Pertama sebelum operasi atau pra op, kemudian durante atau saat operasi, dan ketiga adalah pasca operasi.
Salah satu tantangan ini gagal, maka akan kacau semuanya.
Sekarang yang menjadi tantangan adalah pasca operasinya.
Saya sudah melihat bayinya kemarin, dan mereka sudah minum susu.
Memang sempat ada keraguan bukan hany masyarakat, tapi dari dunia kesehatan juga.
Karena angka kegagalannya sangat tinggi.
TM : Operasi tak lepas dari biaya yang mahal. Nah dalam operasi kali ini apakah biayanya full keluarga atau seperti apa?
JP : Mereka kan peserta BPJS, jadi ada back up darisana.
Tapi sebagai memang menjadi tanggung jawab rumah sakit. (Nie)