PLN
PLN Resmikan Co-firing Biomassa PLTU Amurang Minsel, Manfaatkan Limbah Kayu Industri Rumah Panggung
Manajer PLN UPDK Minahasa, Andreas Arthur Napitupulu meresmikan pengoperasian komersil co-firing di PLTU Amurang, Minsel, Selasa (26/05/2022).
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - PLN UIKL Sulawesi melalui PLN Unit Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Minahasa meresmikan operasi komersil co-firing biomassa PLTU Unit 2 PLTU Amurang.
Manajer PLN UPDK Minahasa, Andreas Arthur Napitupulu meresmikan pengoperasian komersil co-firing di PLTU Amurang, Minsel, Selasa (26/05/2022).
Upaya co-firing sebagai komitmen PLN meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) pada pembangkit sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Co-firing Unit 2 PLTU Amurang menggunakan biomass sawdust, serbuk kayu limbah industri rumah panggung dan di Minahasa, Tomohon dan Minsel.
Operasi komersil ini menyusul suksesnya ujicoba co-firing yang dilakukan sejak 25 Juni 2021 di PLTU Amurang.
Co-firing ini menggunakan campuran batubara dan sawdust (serbuk gergaji) limbah industri rumah panggung dan industri kayu lainnya.
Komposisinya, 95 persen batubara dan 5 persen biomassa sawdust (serbuk gergaji) dari total batubara yang digunakan.
Andreas mengatakan, komersialisasi co-firing diresmikan setelah mendapatkan rekomendasi PLN Puslitbang dengan mempertimbangkan kompatibilitas antara bahan bakar tersebut dengan peralatan boiler di PLTU Amurang.
Adapun hasil uji oleh PLN Puslitbang, dari hasil pengujian sampel bottom ash dan fly ash uji cofiring sawdust 5 persen diperoleh kandungan unburned carbon yang lebih rendah dan dibawah batasan nilai 1 persen
Selanjutnya, Nilai SCC (Spesific Coal Consumption) pada operasi 100 perseb batubara dengan SCC Nett 1,09 kg/kWh menurun saat dioperasikan cofiring sawdust 5 persen menjadi SCC nett 1,03 kg/kWh.
Lalu, berdasarkan perhitungan SCC dengan harga batubara pada ujicoba tersebut dengan membandingkan harga batubara dan sawdust pada saat ujicoba, maka didapatkan penghematan biaya produksi pada operasi cofiring 5 persen sawdust sebesar Rp 46,67/kWh (nett)
Kemudian, emisi NOx masih memenuhi batas baku mutu KLHK (550 mg/Nm3) dengan kecenderungan turun dari 312,97 mg/Nm3 pada pengujian operasi 100 persen batubara menjadi 277,78 mg/Nm3 pada cofiring sawdust 5 persen.
Emisi SO2 masih memenuhi batas baku mutu emisi KLHK (550 mg/Nm3) dengan kecenderungan turun dari 158,73 mg/Nm3 pada pengujian coal firing menjadi 122,98 mg/Nm3 pada cofiring sawdust 5 persen.
"Berdasarkan data co-firing menggunakan sawdust memberikan manfaat.
Di antaranya penurunan SCC, penurunan emisi NOx, SO2 dengan kecenderungan turun, serta didapatkan penghematan biaya produksi pada operasi cofiring 5 persen hingga Rp 46,67 per kWh nett," katanya.