Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Torang Kanal

Christy Sumenda, Sipir Cantik Lapas Perempuan Manado, Sering Jadi Tempat Curhat Para Napi

Sipir cantik ini bertugas di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Manado, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara.

Penulis: Hesly Marentek | Editor: Handhika Dawangi
Istimewa/Christy Sumenda
Christy Sumenda 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjadi seorang sipir bukanlah tugas yang mudah. 

Sebagian besar sipir adalah pria. 

Namun menjadi sipir atau Petugas Bagian Penjagaan di Lembaga Pemasyarakatan juga bukan berarti tak bisa dilakukan perempuan.

Di Sulut cukup banyak perempuan yang menjadi sipir. 

Christy Sumenda.

Christy Sumenda. (Istimewa/Christy Sumenda)

Salah satunya Christy Sumenda. 

Sipir cantik ini bertugas di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Manado, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara.

Perempuan Cantik yang akrab disapa Thity ini mempunyai banyak kesan tersendiri semenjak bertugas sebagai sipir.

Karena di dalam Lapas, Thity bertemu dengan berbagai macam karakter warga binaan.

"Tentu ada suka dukanya. Apalagi bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan.

Mulai berpendidikan rendah sampai berpendidikan tinggipun ada.

Dan pastinya dari mereka kami dapat banyak pengalaman baru.

Serta dapat banyak pengetahuan baru juga," ungkapnya.

Tithy mengatakan dia dan napi sudah seperti teman. 

"Di dalam Lapas selain membina, kami juga banyak sharing dengan mereka.

Pastinya banyak juga hal-hal positif yang diambil dari para warga Binaan," sambung Tithy.

Perempuan kelahiran Kotamobagu, 6 November 1995 ini menyebut, jadi sipir itu gampang-gampang susah.

Yang mana harus pandai baca situasi dan harus bisa kontrol keadaan.

"Harus bisa jadi konsultan juga karena banyak warga binaan yang suka-suka curhat soal kisah mereka hingga sampai di penjara.

Malah ada yang curhat sampai soal masalah keluarga," ujar dia.

Tak cuma itu, Christy juga menceritakan jadi sipir juga pastinya banyak mengorbankan waktu.

Mulai dengan keluarga hingga waktu istirahat. Apalagi saat bertugas di bagian penjagaan, kalendernya hitam semua.

"Yang jadi tantangan yaa kalo ada warga binaan yang lari atau ada yang sakit dan harus di bawa ke rumah sakit.

Pastinya itu lebih beresiko dibanding saat penjagaan di dalam," ujar dia.

Adapun Christy juga turut akui meski sering muncul keriduan untuk bersama keluarga, namun tugas tetap menjadi hal yang utama.

Selama 4 tahun dinas, dia baru 1 kali merasakan indahnya Natal dan Tahun Baru bersama Keluarga.

"Pastinya ada, apalagi keluarga kan jaoh.

Tidak bisa pulang suka-suka kita.

Pas keluarga datang kadang sementara Dinas. Selama 4 tahun lebih dinas baru 1 kali natal dan tahun baru bersama keluarga," ujar dia.

Christy menjadi sipir sejak tahun 2017.

Sosok berwajah imut ini adalah lulusan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sam Ratulangi.

Namun dia mengaku termotivasi dan memilih jadi ASN Kementrian Hukum dan Ham.

"Jujur saya termotivasi dari orang tua yang kebetulan sipir juga.

Lahir dengan besar di lingkungan penjara jadi suka untuk mau mengabdikan diri disitu.

Yaa walaupun awalnya memang desakkan dari ortu yang maunya qt dstu..

tapi makin kesini makin santai dengan makin menikmati pekerjaan ini.

Serta pastinya bersyukur karena bisa terpilih bisa ada di sini," pungkas Christy. (hem)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved