Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Torang Kanal

Pawang Hujan di MotoGP Mandalika Heboh hingga Internasional, Ini Pandangan 5 Gadis Milenial Sulut

"Mungkin saja mereka yang tidak percaya ini belum merasakannya secara langsung dan belum melihatnya secara nyata," kata Karin.

Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Rizali Posumah
Kolase Tribun Manado.
Agape Abelitha, Esther Karin, Pramita Wahyu, Ni Komang Ayu Satyawati, Nikita Lidya. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Nama Rara Istiati Wulandari menggemparkan masyarakat Indonesia.

Itu berkat kehadirannya yang dipercaya mampu menghentikan hujan pada ajang MotoGP 2022 yang digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok, Indonesia beberapa hari lalu.

Aksinya sebagai pawang hujan menuai banyak reaksi dari masyarakat, bahkan sampai ke kancah internasional sebab kehadiran sebagai pawang hujan.

Rara dipercaya sebagian orang mampu menghentikan hujan yang mengguyur sirkuit pada saat perlombaan akan dilangsungkan.

Sebelum kegiatan dimulai, ia mengelilingi sirkuit dan menaruh sesajen di beberapa tempat.

Dengan aksinya tersebut, hujan tidak lama kemudian berhenti dan berubah menjadi gerimis.

Peristiwa ini menuai begitu banyak kontroversi dari berbagai pihak dan masih menjadi topik hanyat saat ini.

Hal itu menjadi perbincangan kelima anak muda di Sulawesi Utara (Sulut).

Mereka adalah Esther Karin, Ni Komang Ayu Satyawati, Agape Abelitha, Nikita Lidya dan Pramita Wahyu.

Karin sebagai perwakilan dari teman-temannya sampaikan kepada tribunmanado.co.id, walaupun pawang hujan saat ini sedang dihujat masyarakat dikarenakan tidak adanya kepercayaan tentang fenomena yang diperbuatnya, banyak juga yang merasakan manfaat, kemudahan, serta
anugerah dari yang dilakukan oleh pawang hujan ini.

"Mungkin saja mereka yang tidak percaya ini belum merasakannya secara langsung dan belum melihatnya secara nyata," kata Karin

Menurutnya, dalam beberapa peristiwa ada masyarakat meminta dan menyewa pawang hujan tersebut untuk menghentikan hujan dalam rangka pengadaan pesta besar, acara resmi, dan sebagainya.

Menurut mereka, Rara sengaja disorot untuk menunjukkan dirinya sedang melakukan ritual secara sinematografis yang kemudian menjadi scene menarik pada tayangan MotoGP yang ditonton seluruh dunia.

Meski begitu, Karin dan teman-temannya juga tak menampik kemungkinan adanya teknologi tertentu ada metode sains yang bisa dilakukan manusia untuk menghentikan hujan. 

Karin bersama teman-temannya merasa dengan adanya perkembangan teknologi, akan tercipta alat mutakhir yang dapat menyelesaikan beberapa masalah dunia, khususnya bencana alam.

Bagi mereka, masyarakat pastinya akan selalu memiliki pendapat dan pilihannya sendiri terkait kepercayaan mereka terhadap sesuatu, sehingga tercipta kebegaraman opini.

Dengan adanya peristiwa ini, Karin dan teman-temannya berharap agar publik akan makin terbuka
pemikirannya mengenai kemajuan teknologi yang akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Maka dari itu, bagi Karin masalah pawang hujan tidak perlu dipermasalahkan karena tindakan menghadirkan pawang hujan ini merupakan bentuk usaha dengan kearifan lokal.

"Pada akhirnya, pawang hujan dapat membantu dengan menjadi pelengkap dari usaha yang telah dilakukan para modifikasi cuaca.

Jadi, keduanya sama-sama merupakan bentuk usaha manusia yang dapat saling bekerja sama," tuturnya.

Karin bertanggapan, pasti selalu ada perbedaan keyakinan tentang kemampuan supranatural ini, hal ini akan selalu bergantung pada pemikiran setiap individunya. (fis)

Ramalan Zodiak Karier Besok Jumat 8 April 2022, Ada yang Telah Bersabar dalam Pekerjaannya

Ingat Bobby Tonelli? Artis Hollywood yang Nikahi Tata Cahyani Mantan Tommy Soeharto, Kabarnya Kini

Wawali Bitung Hengky Honandar Konsen dengan Pangan Aman, Gandeng BPOM Manado Lalukan Ini

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved