Bapontar Sangihe
Mengunjungi Lenganeng, Kampung Perajin Parang Khas Sangihe
Desa yang dikenal sebagai kampung pandai besi ini masuk wilayah Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
SUARA dentingan besi terdengar jelas saat kami tiba di Desa Lenganeng, Sabtu siang 26 Maret 2022.
Desa yang dikenal sebagai kampung pandai besi ini masuk wilayah Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Disebut kampung pandai besi karena pria dewasa di desa ini dominan bekerja sebagai perajin peda sanger, parang khas Sangihe.
Mereka disebut Kipung. Satu di antaranya adalah Wiliam Kakante (45 tahun).
Siang itu kami mampir di bengkel milik Wiliam Kakante. Tempatnya sederhana. Luasnya sekira 3 meter x 3 meter. Beratap seng. Tak berdinding. Terletak di pinggir jalan.
Saat itu Wiliam sedang membuat peda sanger, parang khas Sangihe. Bentuknya mirip gambar parang di genggaman Pahlawan Pattimura yang terkenal.

Bentuknya menyesuaikan fungsinya yang kerap digunakan warga memotong kelapa.
Siang itu Wiliam dibantu putranya, Weldi Kakante (16), menempa lempengan besi. Sang anak masih duduk di kelas I SMA
Wiliam mengaku sudah 30 tahun lebih bekerja sebagai Kipung. Ia lulusan SMEA pada 1997. Setiap hari, rerata ia bisa menyelesaikan 4 peda sanger.
Prosesnya, besi yang akan dibentuk lebih dulu dipanaskan di tungku yang dilengkapi blower dan arang.
Besi yang sudah membara kemudian ditempa menggunakan palu oleh para kipung atau pandai besi.
Proses ini dilakukan berulang kali hingga diperoleh bentuk alat yang diinginkan.
Setelah didapat bentuknya, kemudian dicelupkan ke oli bekas supaya terjadi pengerasan.
Kemudian digerinda agar tajam dan bentuknya sesuai yang diinginkan.
Harga
Parang khas Sangihe ini dibuat dari besi bekas per mobil. Ada yang dibelinya di Tahuna, ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Sesekali ia beli langsung di Kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara. Harganya Rp 20 ribu per kilogram.
Sedangkan harga peda sanger yang telah jadi bervariasi. Tergantung ukuran, bentuk, dan jenis besi.

Harga standar Rp 200 ribu per satu peda sanger ukuran sedang. Ukuran kecil harganya Rp 100 ribu. Besi yang digunakan besi bekas per mobil.
Kalau parang dari besi putih seperti sangkur tentara atau pedang, harganya Rp 500 ribu.
"Rata-rata laku 20-an peda setiap pekan," ujar Wiliam Kakante.
Pembeli dari Ternate
Peda sanger buatan Kipung dari Desa Lenganeng ini banyak dibeli atau dipesan orang dari Manado dan Ternate.
Seorang kapitalau (kepala desa) setempat mengungkapkan, setiap bulan rerata ada 1.000 peda sanger dari Desa Lenganeng yang dikirim ke Ternate.
Selain peda sanger, mereka juga biasa membuat peralatan pertanian sesuai pesanan.
Kadis Pariwisata Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Femmy Montang mengatakan, keahlian para Kipung Desa Lenganeng membuat pedang dikenal sejak lama.
Sejumlah raja dan keluarga kerajaan yang pernah berkuasa di Sangihe mengoleksi pedang buatan para Kipung Kampung Lenganeng.
Satu di antaranya adalah Raja Tabukan David Jonathan Papoekoele Sarapil, putra dari Jogugu Pameras dengan permaisuri Hadindal.
David Jonathan Papoekoele Sarapil adalah sosok yang berperan penting dilepaskannya Pulau Miangas dari pendudukan Amerika melalui perundingan.
Raja Tabukan ini memperlihatkan bukti bahwa Pulau Miangas masih termasuk keluarga Kerajaan Tabukan.

Patung
Jika Anda ke Desa Lenganeng, ada patung berdiri di batas desa. Patung ini dibuat untuk mengenang jasa Heski.
Dia dianggap paling berjasa mengajarkan warga Lenganeng tentang pandai besi.
Pria berdarah Sangir ini kembali ke kampung halamannya di Lenganeng setelah lama bekerja sebagai pandai besi di Filipina. Ia tiba sekira 1908 lalu.
Kemampuannya membuat parang di Filipina itu kemudian diajarkannya kepada beberapa rekannya di Lenganeng.
"Lalu makin banyak masyarakat Lenganeng yang akhirnya berkecimpung sebagai pandai besi," tutur Femmy Montang yang menemani kami berkunjung ke Desa Lenganeng.
Nah jika Anda sedang berkunjung ke Kepulauan Sangihe dan berminat memesan peda sanger, mampirlah ke Desa Lenganeng.
Akses ke tempat ini tak sulit. Dari pusat kota Tahuna ke Desa Lenganeng hanya berjarak sekira 8 km. (jum)