Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kecelakaan Pesawat di China

Update Kecelakaan Pesawat yang Bawa 132 Orang di China, Sampai saat Ini Belum Temukan Jasad Korban

Seperti yang diketahui sebelumnya dikabarkan terjadi kecelakaan pesawat di China. Pesawat yang membawa 132 orang itu jatuh di sebuah pegunungan.

Editor: Glendi Manengal
Handout
Kecelakaan Pesawat China Eastern Airlines Jatuh Mode Vertikal, Semua Penumpang Tewas 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seperti yang diketahui sebelumnya dikabarkan terjadi kecelakaan pesawat di China.

Pesawat yang membawa 132 orang itu jatuh di sebuah pegunungan.

Namun sampai saat ini dilokasi jatuhnya pesawat belum ditemukan korban.

Baca juga: Mengejutkan, Seorang TNI Gandungan Nikahi Anak Kolonel, Bahkan Panglima TNI Turut Diundang

Baca juga: Akhirnya Terungkap, Segini Biaya Pengobatan Raffi Ahmad Saat Alami Saraf Kejepit

Baca juga: Dr Robert Winerungan: Subsidi Solar Tak Tepat Sasaran, Picu Kenaikan Harga dan Kejahatan Ekonomi

Foto : Pesawat China Eastern Airlines Jatuh Mode Vertikal. (Handout)

Pencarian korban maupun black box pesawat yang jatuh di Guangxi Zhuang China selatan pada Senin (21/3/2022) sore masih terus dilakukan.

Namun pada Rabu (23/3/2022) pagi, pencarian tertunda karena hujan, CGTN melaporkan.

Ada 132 penumpang dan sembilan awak di dalam pesawat Boeing 737 China Eastern Airlines itu.

Pesawat yang jatuh di Tengxian, kota Wuzhou, menyebabkan sempat kebakaran.

Belum ada jasad korban yang ditemukan, meskipun kemungkinan besar tidak ada yang selamat.

Sementara itu, penyebab jatuhnya pesawat juga masih belum diketahui.

Direktur keselamatan penerbangan di Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC), Zhu Tao, menyebut penyelidikan penyebab kecelakaan akan sangat sulit karena parahnya kerusakan pada pesawat.

Kronologi Kecelakaan Pesawat

Mengutip USA Today, kecelakaan pesawat ini terjadi di dekat kota Wuzhou di daerah Teng, pada Senin.

Menurut pejabat penerbangan, pesawat melakukan perjalanan dari Kunming di provinsi barat Yunnan ke Guangzhou di provinsi pesisir Guangdong.

Pesawat lepas landas pada pukul 13.11 waktu setempat dan dijadwalkan tiba pada pukul 15:05.

Tetapi pengendali lalu lintas udara kehilangan jejak pesawat sekitar pukul 14:15, menurut China Daily.

Data dari situs pelacak penerbangan Flightradar24.com menunjukkan penerbangan China Eastern Airlines berjalan sekitar 30.000 kaki sebelum tiba-tiba jatuh.

Pesawat terbang dengan kecepatan jelajah 523 mph, menurut data.

Ratusan petugas pemadam kebakaran dan kru penyelamat dari departemen terdekat langsung dikirim ke tempat kejadian, menurut China Daily yang dikelola pemerintah.

Video yang dibagikan People's Daily, sumber media pemerintah lainnya, menunjukkan asap mengepul dari sisi gunung.

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS mengatakan telah menunjuk seorang penyelidik keamanan udara senior Amerika sebagai perwakilan AS untuk penyelidikan tersebut.

Keterangan Warga Setempat

China Daily melaporkan bahwa seorang pejabat desa dengan nama keluarga Zhou mengatakan kepada surat kabar Chutian Metropolis Daily bahwa pesawat itu "benar-benar hancur" dan dia tidak melihat ada jenazah.

The New York Times melaporkan, mengutip Kantor Berita China milik negara, bahwa seorang penduduk dari desa Molang dengan nama belakang Liu naik ke lokasi kecelakaan untuk membantu upaya penyelamatan, tetapi ia juga tidak melihat adanya jasad.

"Semua orang pergi ke gunung," kata Tang Min, yang mengoperasikan sebuah restoran di dekat lokasi, kepada kantor berita Agence France-Presse.

Foto-foto di bandara di Guangzhou, tempat pesawat akan tiba, menunjukkan bagian yang dikhususkan untuk kerabat penumpang pesawat yang sedang menunggu kabar.

China Daily melaporkan maskapai membentuk kelompok kerja khusus dalam menanggapi kecelakaan itu, termasuk satu kelompok yang didedikasikan untuk bantuan keluarga.

Foto : Ilustrasi kecelakaan pesawat. (Dream.co.id via Tribun Bali)

Tentang Boeing 737-800 China Eastern Airlines

China, serta Amerika Utara dan Eropa, adalah salah satu dari tiga pasar perjalanan udara teratas dunia.

China Eastern, yang berbasis di Shanghai, adalah salah satu maskapai penerbangan top negara itu, melayani 248 tujuan domestik dan internasional.

"Penyebab kecelakaan pesawat masih dalam penyelidikan, dan perusahaan akan secara aktif bekerja sama dengan penyelidikan yang relevan," kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan Senin, menurut The New York Times.

"Perusahaan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada penumpang dan anggota awak yang tewas dalam kecelakaan pesawat."

Boeing mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mengetahui laporan kecelakaan itu dan "bekerja untuk mengumpulkan lebih banyak informasi."

Saham perusahaan itu turun lebih dari 4% dalam perdagangan sore di New York.

Boeing 737-800 dikirim ke China Eastern Airlines pada Juni 2015 dan telah terbang selama lebih dari enam tahun.

Pesawat ini memulai debutnya pada 1990-an, dan Boeing telah membuat lebih dari 5.200 pesawat komersial.

Boeing mengirimkan seri terakhir ke China Eastern pada tahun 2020.

Media pemerintah melaporkan bahwa semua armada 737-800 China Eastern diperintahkan untuk di-grounded.

China memiliki 737-800 lebih banyak daripada negara lain mana pun – dengan hampir 1.200 pesawat.

Jika maskapai China lainnya meng-grounded pesawat, maka dapat berdampak signifikan pada perjalanan domestik, kata konsultan penerbangan IBA.

Pada Januari 2020, Garda Revolusi paramiliter Iran secara tidak sengaja menembak jatuh jenis 737-800 yang diterbangkan oleh Ukraine International Airlines.

Semua 176 orang di dalamnya tewas.

Pesawat ini berbeda dari model 737 Max, yang dilarang terbang di seluruh dunia setelah dua kecelakaan fatal dalam beberapa tahun terakhir.

China mengizinkan model pesawat itu untuk kembali beroperasi, sambil menunggu modifikasi pada pesawat, South China Morning Post melaporkan.

737 Max tidak terbang di China dalam tiga tahun.

Kecelakaan fatal maskapai penerbangan sipil sebelumnya di China terjadi pada 2010.

Saat itu sebuah penerbangan Henan Airlines jatuh ketika mendarat dalam kabut di Yichun di provinsi Heilongjiang.

44 dari 96 orang di dalamnya tewas, dan pilotnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.

Pada tahun 2004, penerbangan China Eastern dari Baotou di Mongolia Dalam jatuh ke danau tak lama setelah lepas landas, menewaskan 55 orang.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved