Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Harga Minyak Goreng Naik, Pedagang Warteg Terpaksa Naikkan Harga Gorengan Jadi Rp 2.000

Para pedagang Warteg terpaksa menaikkan harga karena mereka harus mengeluarkan modal lebih banyak membeli minyak goreng

kabarkuliner via Sajiansedap.grid.id
Harga Minyak Goreng Naik, Pedagang Warteg Terpaksa Naikkan Harga Gorengan Jadi Rp 2.000 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Stok minyak goreng di pasaran kini mulai kembali melimpah seiring dengan dicabutnya aturan harga eceran tertinggi (HET).

Kendati demikian, harga minyak goreng kemasan kembali naik karena diserahkan pada mekanisme pasar.

Alhasil banyak masyarakat yang mempertanyakan mengapa stok minyak goreng kembali melimpah saat harga naik.

Baca juga: Kasus Corona 18 Maret 2022: Jabar Tertinggi 2.156 Kasus, Jateng Masuk Tiga Besar

Banyak yang menilai fenomena tersebut menunjukkan bahwa ada pihak yang selama ini sengaja menimbun minyak goreng hingga menimbulkan kelangkaan.

Pedagang Warung Tegal (Warteg) tergabung dalam Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) menaikkan harga menu makanan yang penyajiannya membutuhkan minyak goreng.

Ketua Kowantara Mukroni mengatakan kenaikan harga ini akibat mahalnya harga minyak goreng kemasan setelah pemerintah mencabut Harga Eceran Tinggi (HET) pada Rabu (16/3/2022).

"Untuk gorengan naik dari Rp 1.000 ke Rp 2.000 ribu, tapi (ukuran) tempenya agak besar. Ada (pedagang) yang sudah mulai hari ini," kata Mukroni saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Jumat (18/3/2022).

Para pedagang Warteg terpaksa menaikkan harga karena mereka harus mengeluarkan modal lebih banyak membeli minyak goreng untuk kebutuhan menyajikan makanan.

Setelah pemerintah mencabut HET harga minyak goreng kemasan melonjak di kisaran Rp 24 ribu per liter, harganya pun dapat lebih mahal karena tergantung pada masing-masing merek.

"Ini memang kita menyayangkan ya karena tiba-tiba juga ini ada kenaikan harga ekonomis. Tapi kita juga tidak mungkin menentang kebijakan pemerintah," ujarnya.

Mukroni menuturkan bahwa kenaikan harga menu yang penyajiannya dengan proses menggoreng akan berlaku bertahap agar tidak memberatkan daya beli masyarakat.

Rencana kenaikan harga menu di Warteg ini sebelumnya sudah mencuat sejak akhir tahun 2021 lalu saat harga minyak goreng dan sejumlah jenis cabai sudah melonjak dan dikeluhkan warga.

"Ya (kenaikan) sekitar 5 sampai 10 persenlah. Seperti tempe tahu dan yang goreng-gorengan kita nanti akan menyesuaikan dengan harga bahan baku jadi itu yang kita nanti lakukan," tuturnya.

Sebagai informasi pada Rabu (19/1/2022) pemerintah menetapkan minyak goreng kemasan satu harga Rp 14 ribu per liter dan menyatakan bahwa program berlangsung selama enam bulan.

Tapi pada Rabu (16/3/2022) pemerintah justru menyatakan mencabut HET sehingga harga minyak goreng kemasan di minimarket sekarang kembali ke harga awal berkisar Rp 23.900 per liter.

Pemerintah juga merubah HET minyak curah yang pada awal Februari 2022 lalu ditetapkan Rp 11.500 per kilogram menjadi Rp 14 ribu per kilogram sehingga banyak dikeluhkan warga.

Minyak Goreng di Minimarket Melimpah Setelah HET Dicabut, Warga: Ibarat Kena Prank

Anggi, satu pembeli di minimarket wilayah Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur mengaku heran karena setelah HET dicabut stok minyak goreng kemasan kembali melimpah.

"Kemarin itu minyak goreng cuman ada satu merek, pembeliannya dibatasi juga. Hari ini tiba-tiba semua merek ada stoknya dan beli enggak dibatasi," kata Anggi di Jakarta Timur, Kamis (17/3/2022).

Melimpahnya stok minyak goreng kemasan di minimarket setelah HET dicabut ini dia anggap seperti prank atau lelucon bagi warga yang selama ini susah payah mendapat minyak goreng.

Dia mencontohkan warga yang harus mendatangi sejumlah minimarket hanya untuk mendapat minyak goreng kemasan dengan harga Rp 14 ribu per liter sesuai ketetapan pemerintah.

"Kita ibarat di-prank. Kemarin harus mondar-mandir minimarket karena di semua tempat habis. Sekarang di semua minimarket ada tapi harga jadi Rp 23 ribu per liter. Harganya gila," ujarnya.

Suci, pembeli minyak goreng di minimarket lainnya juga mempertanyakan alasan melimpahnya stok setelah pemerintah menghentikan subsidi dan menyerahkan harga ke pasar.

Menurutnya hal ini seakan memaksa warga untuk membeli minyak goreng dengan harga mahal di saat daya beli warga masih belum pulih terdampak pandemi Covid-19.

"Tadi niatnya ke sini mau beli minyak tapi setelah lihat harganya enggak jadi, mahal. Walaupun pembelian enggak dibatas tapi kalau uangnya enggak ada mau beli pakai apa. Bikin pusing harganya," tutur Suci.

Suci mengeluh karena minyak goreng termasuk satu kebutuhan yang harus dibeli dan tidak ada penggantinya, beda dengan daging yang harganya ikut naik tapi bukan kebutuhan utama.

Dia mencontohkan harga minyak goreng curah di pasar tradisional yang harganya sekarang berkisar Rp 20 ribu per kilogram, sehingga dirasa sangat memberatkan daya beli.

"Mau ganti ke minyak goreng curah juga mahal, sementara masak harus pakai minyak goreng. Kalau daging mahal kita tinggal ganti lauk makan tempe, tahu. Kalau minyak goreng bagaimana," lanjut dia.

Sebagai informasi pada Rabu (19/1/2022) pemerintah menetapkan minyak goreng kemasan satu harga Rp 14 ribu per liter dan menyatakan bahwa program berlangsung selama enam bulan.

Tapi pada Rabu (16/3/2022) pemerintah justru menyatakan mencabut HET sehingga harga minyak goreng kemasan di minimarket sekarang kembali ke harga awal berkisar Rp 23.900 per liter.

Pemerintah juga merubah HET minyak curah yang pada awal Februari 2022 lalu ditetapkan Rp 11.500 per kilogram menjadi Rp 14 ribu per kilogram sehingga banyak dikeluhkan warga.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved