Gunung Merapi
Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu, Tanaman Berlapis Abu Vulkanik
Potret dampak erupsi Gunung Merapi, pada Rabu (9/3/2022) malam. Tanaman berlapis abu vulkani hingga warga mengungsi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menetapkan status Gunung Merapi pada tingkat siaga.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, hingga saat ini aktivitas erupsi Gunung Merapi terhitung masih tinggi, ditandai dengan guguran rata-rata sebanyak 140 kali per hari.
Selain itu, lanjut Eko, aktivitas vulkanik internal juga masih tinggi ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi.

Berdasarkan catatan Badan Geologi, seismisitas internal (VTB dan MP) terjadi >5 kali per hari, sedangkan laju deformasi EDM RB1 sebesar 3,5 mm per hari.
"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, maka dapat kami simpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi ditetapkan masih tetap
pada tingkat siaga," tutur Eko dalam keterangan tertulis yang dirilis Kamis (10/3).
Lebih lanjut, Eko mengungkapkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya,
meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
"Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," terang Eko.
Menimbang aktivitas yang ada saat ini, Badan Geologi merekomendasikan agar Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali
dan Kabupaten Klaten serta pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.
(Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Rumah berlapis abu./Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin)
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik