Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Sulut

Pentingnya Pendidikan Mitigasi Bencana Menurut Pengamat Lingkungan Sulut

Kota tidak hanya sekedar memancarkan keindahan visual, tapi juga memiliki peran memberikan rasa aman bagi masyarakat.

Penulis: Isvara Savitri | Editor: Chintya Rantung
Tribun Manado
Dosen Teknik Arsitektur Universitas Sam ratulangi (UNSRAT) Manado Pingkan Peggy Egam 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Kota tidak hanya sekedar memancarkan keindahan visual, tapi juga memiliki peran memberikan rasa aman bagi masyarakat.

Rasa aman merupakan impian mutlak dalam kehidupan manusia, tapi terkadang rasa aman mulai terkikis apabila musim penghujan tiba.

Ditambah lagi lokasi hunian berada pada lokasi rawan bencana.

Kondisi ini juga terjadi di Kota Manado dan daerah sekitarnya di Sulawesi Utara (Sulut) pada minggu-minggu terakhir.

Pada kantung-kantung pemukiman tertentu terjadi banjir, dan pada spot-spot tertentu terjadi longsor yang mengakibatkan korban jiwa seperti yang terjadi di Manado sekitar tanggal 2 Maret-4 Maret 2022.

"Sesungguhnya manusia telah memiliki alat deteksi bencana yang canggih, tapi perlu diakui bahwa manusia tidak dapat memastikan secara detail waktu, jam ataupun menit akan terjadinya bencana, walupun indikasi dan gejala akan terjadinya bencana sudah dapat diprediksi," ujar Pengamat Lingkungan, Peggy Egam ketika dihubungi Tribunmanado.co.id, Kamis (10/3/2022).

Peggy Egam mengatakan, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi bencana bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana.

Dalam menghadapi risiko bencana, maka kesadaran masyarakat akibat risiko bencana perlu ditanamkan dan ditingkatkan.

Selain kesadaran masyarakat bersama dengan pemerintah harus tanggap terhadap kondisi lingkungan, apalagi bencana seperti banjir ataupun tanah longsor sudah sering dialami masyarakat dalam satu lokasi ataupun pada spot-spot lokasi tertentu.

Hal ini penting untuk meminimalisir kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan, karena fakta di lapangan tidak sedikit rumah dibangun pada kondisi tanah miring yang cukup terjal sehingga rawan terhadap longsor, ataupun permukiman dibantaran sungai atau pada daerah aliran sungai (DAS) yang sering mengalami banjir pada saat musim penghujan.

Mitigasi juga dilakukan untuk mengurangi kerentanan (vulnerability), dengan cara rekayasa bangunan berupa bangunan tahan gempa, ataupun rekayasa lingkungan dengan tetap memperhatikan karekteristik lingkungan fisik.

Selain itu terdapat juga mitigasi non-struktural berupa penataan lingkungan perkotaan termasuk pemukiman, pengendalian pembangunan yang didukung dengan peraturan pemerintah sebagai payung hukum, serta edukasi dini kepada masyarakat.

:Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam konteks edukasi dini yaitu kampanye kesadaran masyarakat untuk menghargai lingkungan, kampanye sadar sampah termasuk pengenalan terhadap risiko dini bencana, partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana serta memberikan sosialisasi akan ancaman-ancaman atau akibat bencana," sambung Peggy.

Edukasi kampanye sadar perilaku merupakan edukasi mulia yang dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved