Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Penyesalan Terbesar Soeharto sebelum Jenderal Benny Moerdani Meninggal, Sesali Kelakuan Sigit

Soeharto mengungkapkan penyesalan terbesarnya kepada sang sahabat, Benny Moerdani. Sadar dengan kelakuan Sigit Harjojudanto.

Editor: Frandi Piring
via Tribun Timur
Penyesalan Terbesar Soeharto sebelum Jenderal Benny Moerdani Meninggal. 

"Pak Benny beberapa kali menolaknya," ucapnya.

Menurut Jusuf Wanandi, rekan Benny dari Centre for Strategic and International Studies,

pada 1980-an bisnis anak-anak Soeharto merajalela ke semua sektor.

"Semua-semuanya ingin ditataniagakan," kata Jusuf, awal September 2014.

Keresahan Benny terhadap bisnis anak Soeharto juga dirasakan oleh Ali Moertopo.

Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan III itu berpesan kepada Jusuf agar berbicara kepada Benny tentang anak-anak Soeharto.

"Minta dia bicara ke Pak Harto, tertibkan anak-anaknya," kata Ali yang ditirukan Jusuf.

Bahkan, Benny sempat menahan paspor, putra Soeharto, Sigit Harjojudanto.

Tujuannya agar Sigit tak bisa lagi ke luar negeri untuk berjudi.

Saat Benny Meordani terbaring di kasur perawatan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Soeharto menjenguknya.

Soeharto mengucapkan kata-kata penyesalan yang nyaris tak terdengar sembari matanya berkaca-kaca.

"Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben.

Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan speerti ini)," kata Soeharto seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan.

Dua hari setelah kunjungan tersebut, Benny Moerdani menghembuskan napas terakhirnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

Sumber: TribunJatim.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved