Tribun Manado Wiki
Desa Kalawiran, Dulunya Landasan Udara Dibangun Belanda, Direbut Jepang, Dihancurkan Permesta
Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara menyimpan sejarah panjang peperangan di masa lampau.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara menyimpan sejarah panjang peperangan di masa lampau.
Kalawiran merupakan salah lokasi strategis pemerintah kolonial Belanda karena keberadaan Landasan Udara yang dibangun tahun 1939.
Lapangan Udara berukuran panjang 1.650 meter dan lebar 90 meter tersebut dikenal dengan nama Lapangan Udara Kalawiran.
Pada saat Perang Dunia II tahun 1941, Belanda memusatkan kekuatan penerbangannya di Lapangan Udara Kalawiran.
Kalawiran lokasinya dekat dengan wilayah Langowan.
Selain Lanud Kalawiran, Belanda juga membangun Dermaga Pesawat Ampibi di Tasuka, Kakas, Minahasa.
Landasan Udara Kalawiran ini menjadi objek pertempuran di Perang Dunia ke II di front Manado. Belanda mencoba mempertahankan wilayahnya.
Di Front pertempuran, Jepang menyasar Landasan Udara Kalawiran ini.
Dikutip dari wikipedia, terkait Perang Manado, 11 Januari 1942, Pasukan Pendaratan Angkatan Laut Khusus Yokosuka Ke-1di bawah Komandan Toyoaki Horiuchi melakukan operasi terjun payung.
Tujuan mereka untuk merebut Lanud Kalawiran dan Pangkalan Pesawat Amfibi Kakas, dua fasilitas yang akan mendukung operasi Jepang selanjutnya dalam serangan ke Hindia Belanda
Meskipun pasukan Belanda memberikan perlawanan yang keras, Grup Terjun Pertama berhasil merebut Lanud Kalawiran pukul 11:25.
Hari berikutnya, Grup Terjun Kedua terjun di atas Lanud Kalawiran pukul 09:52 pagi dan bertemu dengan Grup Terjun Pertama.
Pasukan Horiuchi, sekarang dalam kapasitas penuh, melancarkan serangan terhadap kota Langowan dan Tompaso yang berdekatan.
Pasukan Pendaratan Angkatan Laut Khusus Yokosuka Ke-1 terus ditempatkan di Lanud Langowan hingga 24 April.
Di seputaran Lanud Kalawiran menjadi tempat eksekusi tentara lawam yang berhasil ditangkap Jepang.
Pasukan Horiuchi mengeksekusi tahanan Belanda yang mempertahankan lanud. Letnan Wielinga ditangkap di Gorontalo dan dibawa ke Langowan, di mana ia dipenggal tanggal 1 Maret. Selain itu, pasukan terjun payung Jepang memenggal atau menusuki dengan bayonet: Sersan Robbemond, Sersan BnVisscher, Tamtama Toemedi dan sembilan tentara Manado. Dua tentara Manado lainnya meninggal karena disiksa selama penahanan