Amalan dan Doa
Keutamaan Dzikir La Ilaha Illallah: Diharamkan Neraka Bagi Pengamalnya
Di dalam Al - Quran perintah berdzikir diungkapkan berkali-kali dan pada umumnya muncul dalam tiga redaksi.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kalimat La Ilaha Illallah adalah kalimat Tauhid.
Yakni kalimat yang meng-Esakan Tuhan.
La ilaha illallah artinya tiada Tuhan selain Allah.
La ilaha illallah juga merupakan zikir yang paling utama.
Berdasarkan penjelasan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), yakni H Mawardi AS, yang dikutip Tribun Manado dari Tribun Pekanbaru, disebutkan bawah di dalam Al - Quran perintah berdzikir diungkapkan berkali-kali dan pada umumnya muncul dalam tiga redaksi.
Tiga redaksi tersebut yaitu: "Dan sebutlah nama Tuhanmu" (Al-Insan, 76:25), atau 'Dan sebutlah Tuhanmu' (Ali Imran, 3:41), atau 'Dan sebutlah Allah' (Al-Anfal, 8:45; Al-Jumu'ah 62:10).
Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai lafal yang ma'tsur dari hadis-hadis Nabi saw seperti subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar, la ilaha illallah, istighfar, salawat, al-asma al-husna, membaca ayat-ayat suci al-Quran, dan lain sebagainya.
Hanya saja, lafal dzikir yang paling utama dan paling agung adalah al-nafy wa al-itsbat (di-Indonesiakan menjadi "nafi-isbat"), yaitu ungkapan la ilaha illallah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'.
Yang didasarkan pada hadis Nabi yang menyatakan bahwa Dzikir yang paling utama adalah la ilaha illallah" (Shahih Ibni Hibban, III:126; Sunan al-Tirmidzi, V: 426 dan Sunan Ibn Majah, II: 1249).
Selanjutnya Nabi SAW mengatakan: "Allah benar-benar mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan la ilaha illallah semata-mata mengharap ridha-Nya" (Shahih al-Bukhari, I: 164, V: 2063).
Di samping itu, keutamaan dzikir ini dapat dipahami dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam-imam hadis lainnya:
"Orang yang paling berbahagia dengan syafaat ku di Hari Kiamat kelak adalah orang yang berdzikir dengan la ilaha illallah secara murni dari kalbu atau jiwanya" (Musnad Ahmad, II:373; Shahih al-Bukhari, I: 49, V: 2402; al-Sunan al-Kubra, III: 42).
Lafal dzikir nafi isbat (la ilaha illallah), dipilih dan dilazimkan oleh ahli Thariqah Naqsyabandiyah sebagai lafal dzikir yang paling dominan.
Dalam Khulashah al-Tashanif fi al-Tashawwuf yang terhimpun dalam Majmu' Rasail al-Imam al-Ghazali, Imam al-Ghazali menegaskan, "Penyucian jiwa yang paling efektif adalah dengan mengintensifkan dzikir Tarekat al-Naqsyabandiyah, yaitu dzikir dengan ismu dzat dan nafi isbat" [Majmu' Rasail al-Imam Ghazali , hal 179].
Rasulullah SAW bersabda,”(Kalimat) paling utama yang aku (Rasulullah) dan para nabi sebelumku adalah “La ilaha Illallah.”