Konflik Rusia Vs Ukraina
Vladimir Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, AS dan Eropa Nilai Bentuk Provokasi
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya ke Donetsk dan Luhansk (Donbass) di Ukraina pada hari Senin (21/2/2022)
TRIBUNMANADO.CO.ID, RUSIA - Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya ke Donetsk dan Luhansk (Donbass) di Ukraina pada hari Senin (21/2/2022), beberapa jam setelah ia secara resmi mengakui kemerdekaan dua wilayah yang pro-Rusia itu.
Pengiriman pasukan itu dipandang sebagai aksi eskalasi lainnya dalam konflik antara Ukraina dan Rusia, NBC News melaporkan.
Meski begitu, Putin menyebut tentara yang dikirimnya itu hanya bertugas menjaga perdamaian.

Ketegangan sudah meningkat setelah Putin mengakui secara formal kemerdekaan 2 wilayah Ukraina yang didukung Rusia.
Dalam pidato yang disiarkan televisi Senin malam, Putin menyebut Ukraina sebagai bagian sejarah Rusia yang diambil secara tidak sah dan sekarang dijalankan oleh "rezim boneka" yang dikendalikan oleh AS dan Barat.
"Ukraina bukan hanya negara tetangga. Mereka adalah bagian dari budaya kita," katanya.
Menekankan bahwa Ukraina telah merobohkan beberapa patung era Soviet, ia memperingatkan Kyiv, "Anda ingin dekomunisasi? Kami akan menunjukkan kepada Anda seperti apa itu."
Putin kemudian menandatangani dekrit yang secara resmi mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk yang memerdekakan diri.
Kedua wilayah itu telah dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Bentuk Provokasi
Pengakuan Putin itu dipandang AS dan Eropa sebagai bentuk provokasi. Banyak ahli percaya pengakuan resmi Moskow akan menggagalkan perjanjian gencatan senjata sebelumnya yang diharapkan dapat memberikan jalan keluar dari krisis.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, negaranya dengan tegas melihat tindakan Putin sebagai pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorialnya.
"Ini bisa berarti penarikan sepihak dari perjanjian Minsk yang berusaha untuk mengakhiri perang di wilayah Donbas," katanya.
"Semua tanggung jawab atas konsekuensi sehubungan dengan keputusan ini terletak pada kepemimpinan politik Federasi Rusia," kata Zelenskyy dalam pidatonya Senin malam.
"Kami tidak takut pada apapun atau siapapun," katanya kemudian dalam pidato tersebut, merujuk pada kehadiran Rusia di Donbas sejak 2014.