Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ritual Pantai Payangan

Akhirnya Terungkap Sosok Pemimpin Ritual Maut Pantai Payangan, Ternyata Bukan Ustaz Ataupun Kiai

Kelompok Tunggal Jati Nusantara diketahui memusatkan kegiatannya di Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember, Jawa Timur

Editor: Finneke Wolajan
Tribunnews.com: Kanal YouTube Tribunnews/Kolase
Sosok Nur Hasan, Pemimpin Padepokan Tunggal Jati Nusantara Gelar Ritual Pantai Payangan, Identik dengan Selendang Hijau 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Akhirnya terungkap pemimpin Ritual Pantai Payangan yang memakan korban jiwa 11 orang

Diketahui tragedi ritual di pantai payangan Jember, Jawa Timur, dari sebuah kelompok bernama Tunggal Jati Nusantara, Minggu (13/2/2022) menggegerkan warga.

Sosok pemimpin kelompok tunggal jati nusantara diketahui bernama Hasan, yang selamat dalam insiden tragis yang menewaskan 11 orang anggotanya.

Kelompok Tunggal Jati Nusantara diketahui memusatkan kegiatannya di Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember, Jawa Timur.

Kepala Desa Mencek Nanda Setiawan mengutarakan kesaksiannya terhadap Hasan yang ternyata bukan merupakan seorang ustaz maupun kiai.

Hasan yang mendirikan kelompok tersebut dikatakan pernah merantau ke Malaysia untuk waktu yang lama, dan kembali lagi ke Indonesia pada 2014.

Tragedi Maut Ritual Pantai Payangan Jember.
Tragedi Maut Ritual Pantai Payangan Jember. (via Kompas.com/Antara Foto/Wahyu)

"Cukup lama dia di Malaysia, sekitar 2014 datang," ujar Nanda, dikutip dari Kompas.com, Senin (14/2/2022).

Lebih lanjut, Nanda mengatakan bahwa Hasan memiliki beberapa pekerjaan, di antaranya seperti menjadi MC acara dangdut, hingga berjualan online.

"Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online kayak tisu," tutur Nanda.

Perkumpulan kelompok ini digelar di ruang tamu kediaman Hasan.

Di bagian depan rumah, tertulis kaligrafi berbunyi Tunggal Sejati Nusantara.

"Rumah yang dipakai ruang tamu biasa, tidak ada padepokan atau aulanya," tutur Nanda.

Pihak desa tak merasa curiga melihat kegiatan yang digelar di kediaman Hasan, mengingat lantunan ayat suci Alquran biasa terdengar.

Kegiatan tersebut juga dianggap tak mengganggu warga sekitar dan hanya digelar 2 kali sebulan.

“Awalnya seperti itu, tapi kok lama-lama ada seperti ini, itu saya kurang tahu,” tambah Nanda.

Sumber: Grid.ID
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved