14 Februari
Mengenang Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 Manado, Soekarno Menyebut Hari Sulawesi Utara
14 Februari 1946, peristiwa Merah Putih terjadi di Kota Manado, Sulut. Peristiwa Merah Putih adalah penyerbuan tangsi (markas) milier Belanda di Telin
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
Para raja Sangihe-Talaud, tokoh Tionghoa dan beberapa pejabat polisi dan pamong praja yang dijatuhi hukuman mati.
Pada September 1944, beberapa pos Jepang di Sulawesi Utara dan Morotai berhasil direbut oleh Jenderal Mac Arthur (Sekutu).
Beberapa hal lain juga turut menjadi faktor penyebab terjadinya peristiwa Merah Putih di Manado.
Pada September 1945, Pemuda Sulawesi Utara membentuk Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI).
Saat itu NICA-Belanda kembali menduduki Indonesia Timur dan membentuk LOI (organisasi pusat ketentaraan) yang terdiri dari tentara KNIL.
Sam Ratulangi memerintahkan BPNI untuk menyusup pasukan NICA tersebut yang dinamai Pasukan Tubruk.
Akhir Desember 1945, seluruh pasukan Sekutu (Australia) meninggalkan Manado dan tugas Sekutu diserahkan kepada NICA-KNIL di bawah pimpinan Tentara Inggris yang berpusat di Makassar.
Belanda mulai mencurigai penyusupan dalam pasukan KNIL dan menahan Lumanauw dan Pakasi.
John Rahasia dan Wim Pangalila yang merencanakan pemberontakan juga diketahui, namun kemudian dilepaskan setelah dua minggu mengalami masa penahanan karena belum ada bukti hukum.
KNIL yang awalnya bertindak atas kepentingan Belanda sudah menyadari dan berpihak pada Tanah Air mereka untuk melawan penjajah.
Krolonogi Peristiwa
Rencana pemberontakan pun rampung pada 7 Februari 1946.
Segala tindakan-tindakan darutat serta pengamanan apabila terjadi sesuatu kemacetan juga telah dirundingkan.
Rencana ini telah pula diberitahukan kepada BW Lapian, PM Tangkilisan, No Ticoalu dan dr Tumbelaka.
Situasi Markas Besar KNIL di Tomohon senantiasa diberitahukan oleh AS Rombot melalui FW Sumanti yang bertindak sebagai ordonans umum.