BACAAN ALKITAB
BACAAN ALKITAB: Bilangan 8:5-22 Jabatan Pelayanan adalah Persembahan Ujukan Bagi Tuhan
Gereja berhadapan dengan tantangan pelayanan yang semakin dinamis dan kompleks di era tatanan baru.
Perihal meletakkan tangan (Ibr, camak = menopang, mendukung) menunjukkan legitimasi orang Israel kepada orang Lewi untuk menggantikan anak sulung mereka sebagai persembahan kepada Tuhan.
Inilah acuan prinsip penggantian dari ritual ini. Keempat, Harun harus mengunjukkan orang Lewi sebagai persembahan unjukan (Ibrani = tanuwphah, Inggris, wave offering). unjukan adalah persembahan yang dipersembahkan kepada Allah dan dikembalikan oleh-Nya kepada si imam.
Orang Lewi dipersembahkan kepada Tuhan dan dikembalikan oleh-Nya untuk melakukan pekerjaan jabatannya (Ibr, abodah, ibadah, mengabdi, bekerja). Pekerjaan jabatan ini berorientasi pada pelayanan fungsional. Kelima, orang Lewi meletakkan tangannya atas kepala lembulembu jantan muda. Tindakan ini juga menggambarkan prinsip penggantian.
Di mana orang Lewi mengidentifikasikan dirinya dengan apa yang dikurbankannya. Dosa dirinya dialihkan ke lembu yang tidak bersalah supaya pendamaian diadakan bagi mereka.Ayat 11,13,15,21 menekankan berulang kali mengenai orang Lewi sebagai persembahan unjukan.
Itulah signifikansi persembahan diri orang Lewi di dalam pekerjaan jabatan untuk melayani Tuhan dan umat-Nya.Orang Lewi menjadi kepunyaan Tuhan, … “telah Kuambil mereka bagi-Ku” (ayat 14,16). Kata kepunyaan identik dengan milik.
Mereka adalah milik Tuhan yang harus diserahkan sepenuhnya sebagai ganti semua yang terdahulu lahir dari kandungan, baik manusia ataupun hewan.
Sebagai milik Tuhan, mereka diberikan (Ibr, Nathan=dikaruniakan, diserahkan) kepada Harun dan anak-anaknya untuk melakukan segala pekerjaan jabatan di Kemah Pertemuan serta mengadakan pendamaian bagi orang Israel supaya jangan kena tulah.
Ritual pentahbisan orang Lewi ini dilakukan tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. Musa, Harun dan segenap umat Israel dengan kesungguhan menaatinya. Demikian juga dengan orang Lewi yang mengikuti seluruh tahapan ritual dengan baik.
Setelah acara ini selesai, maka mulailah pekerjaan jabatan orang Lewi di Kemah Pertemuan di dalam pengawasan Harun dan anak-anaknya.Berdasarkan imamat am orang percaya, maka panggilan pelayanan dipercayakan Tuhan kepada seluruh jemaat (Bnd Kel 19:6, Ef 4:7, I Ptr 2:9). Terkait dengan pemberian diri maka hidup orang percaya harus menjadi persembahan unjukan bagi Tuhan.
Dipersembahkan kepada Tuhan dan diberikan oleh-Nya untuk melakukan pekerjaan jabatan pelayanan. Seluruh aktivitasnya menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadah yang sejati (Bnd Rom. 12:1).
Pekerjaan jabatan merupakan anugerah Tuhan. Jabatan ini adalah jabatan kudus yang berorientasi fungsional dan bukan organisatoris (struktural). Bagi GMIM, jabatan pelayanan sifatnya periodik (5 tahun) tetapi panggilan untuk melayani Tuhan berlangsung seumur hidup.
Jika dipercayakan memangku jabatan struktural, maka ingatlah bahwa struktur itu ada untuk melayani jemaat dan bukan melayani demi memperoleh jabatan struktural.
Sosok pelayan Tuhan adalah hamba Tuhan bukan hamba manusia (Bnd Gal 1:10). Bukan untuk menjadi tuan yang memerintah melainkan menjadi hamba yang melayani (Bnd Mat 20:20-28).
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelayanan adalah sejauh mana keterlibatan warga jemaat secara aktif bukannya one man show yang berpusat pada sosok pribadi pelayan seperti, pendeta sentris atau penatua sentris. Kekudusan orang percaya adalah kekhususan untuk melayani Tuhan. Idealnya, esensi jabatan pelayan harus dibangun dari komitmen yang luhur.
Tulus bukan bulus, suci bukan ruci. Motivasi yang tidak tulus dan melayani sebagai tugas sambilan belaka, hanya akan mencemari kemuliaan Tuhan, Sang pemilik pelayanan. Itulah sebabnya, kita menjauhkan diri dari bahaya dosa struktural yang dapat menghancurkan integritas, soliditas, kinerja dan kesinambungan pelayanan.