Berita Internasional
Kisah Tentara Israel Depresi Usai Bunuh 40 Warga Palestina, Dihantui Arwah Korban Setiap Tidur
Traumi psikis tak hanya dialami oleh Tentara dan warga sipil Palestina, tetapi seorang Tentara Israel pun mengalami hal buruk tersebut.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah Ido Gal Razon ini hanya sebagian kecil dari kejamnya peperangan Israel dan Palestina.
Sebab tak hanya mendatangkan korban dari pihak sipil kedua belah pihak, tetapi juga korban dari tentara yang berperang.
Korban perang Palestina dan Israel yang kerap disebut sebagai perang antara sekelompok Zionis Israel menghadapi Hamas di Gaza Palestina ini, benar-benar menimbulkan depresi dan traumi psikis yang membuat seseorang mengalami penderitaan seumur hidupnya.
Traumi psikis tak hanya dialami oleh Tentara dan warga sipil Palestina, tetapi seorang Tentara Israel pun mengalami hal buruk tersebut.
Tentara Israel
Kisah Ido Gal Razon, seorang Tengara Israel yang mengalami depresi ini, diungkapkan dalah sebuah video di Kanal Youtube Cerita Dalam Sejarah yang diunggah satu tahun lalu dan hingga kini ditonton hingga 2,5 juta.
Dengan penuh amarah dan luapan kekecewaan, seperti ditayangkan dalam Video tersebut, Razon, demikian nama Tentara Israel itu mengalami trauma hebat pasca perang.
Tentara Israel tindih leher aktivis lansia Palestina dengan lututnya pada Selasa (1/9/2020). Aktivis itu bernama Khairi Hanoun yang berusia akhir 60-an tahun. (AFP)
Dia mengaku, Didatangi Arwah Korban Tiap Malam, yakni arwah para korban yang merupakan penduduk Palestina.
Demikian kata Razon, Pengakuan Tentara Israel yang depresi Habisi 40 Warga Palestina ini, dihadapan sidang pengadilan, di mana kala itu dia menggungat pihak pemerintah Israel yang tak peduli akan keberadaannya pasca mengalami trauma.
"Saya membunuh untuk kalian, bagaimana saya menyaksikan puluhan orang yang menjadi korban setiap hari," ujarnya.
Idap Post traumatic Stress Disorder (PTSD)
Diakui Razon, dia mengidap Post traumatic Stress Disorder (PTSD), pasca penyerangan dari 13 tahun silam.
Namun saat dia meminta dirawat, pemerintah justru tidak memberikan perawatan maksimal.
"Saya juga seorang pejuang Galoni, kenapa anda tidak memperlakukan saya dengan baik? saya membunuh untuk anda dengan tangani ini," jelas Razon saat menuntut Komite Isarel untuk memberinya perawatan yang layak untuk mengobati stres dan traumnya setelah masa perang berakhir.