Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bacaan Alkitab

Bacaan Alkitab Sabtu 29 Januari 2022, Lukas 14:34-35 : Garam Yang Tak Asin

Manusia tidak mungkin hidup tanpa garam. Kekurangan garam akan merusak berbagai organ tubuh manusia, termasuk saraf dan otak.

Editor: Aldi Ponge
internet
Ilustrasi renungan 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Manfaat garam bukan hanya melezatkan makanan. Garam juga adalah obat, jika tidak dikonsumsi berlebihan.

Manusia tidak mungkin hidup tanpa garam. Kekurangan garam akan merusak berbagai organ tubuh manusia, termasuk saraf dan otak.

Cara kerja otak melemah hingga kehilangan ingatan. Bahkan kehabisan garam akan mengakibatkan kematian bagi manusia.

Garam mengandung mineral yodium yang memiliki peran penting dalam menjaga organ tubuh agar berfungsi dengan baik. Garam berfungsi menjaga produksi hormon tiroid yang menyebabkan pembesaran tiroid, konstipasi, kelelahan, hingga sulit berkonsentrasi.

Juga mencegah tekanan darah rendah, memelihara keseimbangan cairan tubuh, meredakan gejala cystic fibrosis sehingga mencegah terjadinya dehidrasi, mencegah gangguan perkembangan otak, dll.

Pendeknya, garam penting bagi manusia. Apalagi garam dapat mengawetkan makanan, terutama ikan.

Semua itu akan terjadi, jika garam itu masih asin. Sebab "asin" itulah yang penting dan utama dalam "garam." Sebab fungsi dan "core" (inti) dari garam adalah pada "asinnya" itu. Jadi, jika garam itu tak asin lagi, maka tak akan ada gunanya lagi sama sekali, kecuali dibuang atau diinjak-injak orang.

Hal mengikut Yesus dan menjadi murid-Nya juga demikian. Kita harus bermanfaat bagi orang lain. Caranya adalah kita harus menjadi berkat bagi sesama dengan terus melakukan kehendak-Nya, yakni mengasihi Dia dan sesama kita.

Demikian firman Tuhan hari ini.
"Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (ay 34, 35)

Garam yang tak asin lagi, apakah gunanya? Tidak ada lagi. Pasti dibuang dengan sia-sia dan hanya akan menjadi tumpuan kaki belaka.Tak lebih dari sampah yang tak berguna. Bahkan sampah masih bisa didaur ulang. Tapi garam? Hanya akan "mengotori" rumah saja jika sudah tidak asin lagi.

Tuhan Yesus berkata dalam Markus 9:50: "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Kehidupan orang Kristen, terutama murid Yesus juga demikian. Apakah artinya dan manfaatnya jika Kekristenan dan kapasitas kemuridan kita sendiri tidak lagi berguna bagi sesama dan bagi terutama bagi Tuhan? Kalau kita tidak lagi melakukan kehendak Tuhan masih hidup berkanjang dengan dosa, di manakah Kekristenan kita?

Apakah gunanya jika sebagai murid Yesus, tapi kita tidak menjadi telasan bagi sesama? Apakah yang dapat kita garami kepada jemaat dan semua orang? Kalau sudah tidak ada, apakah artinya kehambaan kita? Terutama di hadapan Tuhan.

Jika kita tidak menjadi pelayan Kristus yang baik, tidak lagi setia, masih hidup dalam dosa, tidak memikul salib dan tidak menunjukkan teladan bagi sesama dan tidak mengasihi sesama, kita bukanlah hambah yang baik.

Tapi kehambaan kita hanyalah kehampaan yang akhirnya hanya akan jadi sampah bai jemaat. Karena hanya menjadi batu sandungan bahkan menjadi parasit jahat bagi gereja dan pelayanan.

Karena itu, marilah kita merubah pola pikir kita. Sebagai orang Kristen? Kita adalah hamba-Nya. Karena itu, marilah kita beri makna dan rasa serta warna yang benar. Agar hidup kita.lebih bermakna dalam pelayanan kita, sehingga dari cara hidup kita yang baik, banyak orang memuliakanTuhan dalam segala hal. Amin

Doa: Tuhan Yesus, pakailah kami sebagai garam yang baik di tengah dunia, sehingga dari hidup kami, nama Tuhan selalu dimuliakan. Amin

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved