Berita Internasional
Konflik Ukraina, Putin Sebut Barat Tak Akui Rusia Banyak Berperang Darat Melawan Jerman di PD II
Pada Rabu 26 Januari 2022 utusan Moskwa dan Kiev berkomitmen menegakkan gencatan senjata yang rapuh di Ukraina Timur.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Konflik antara Rusia dan Ukraina mengkhawatirkan sebagian besar negara-negara barat.
Pada Rabu 26 Januari 2022 utusan Moskwa dan Kiev berkomitmen menegakkan gencatan senjata yang rapuh di Ukraina Timur.
Selain itu mereka juga sepakat untuk melanjutkan diskusi, meski masih ada kemungkinan Rusia menyerang negara tetangganya tersebut.
Letnan Jenderal (Purn) Dell Dailey dan penulis James P. Farwell menyebut dalam National Interest, yang dibutuhkan kedua belah pihak adalah strategi besar yang mendefinisikan kembali hubungan antara Barat dan Rusia untuk mencegah konflik agar tak meningkat menjadi Perang Dunia III.
Aspek kunci dari sikap AS adalah berhenti bereaksi terhadap ancaman Putin dan beralih ke sikap proaktif.
Rusia ingin menghidupkan kembali lingkup pengaruh Soviet, tetapi tidak menawarkan ideologi.
Ia mencari pengaruh global sebagai kekuatan besar, namun tidak memiliki ambisi kekaisaran komunis.
Nasionalisme dan keangkuhan mendorong Putin untuk mendapatkan kembali pengaruh dan kendali Rusia atas wilayah sebelumnya.
Putin memandang Revolusi Maidan yang menggulingkan pemerintah pro-Rusia di Ukraina sebagai revolusi yang disponsori AS untuk menggulingkannya dari kekuasaan.
Pelestarian rezim selalu menjadi tujuan nomor satu Putin.
Putin menginginkan penghormatan sebagai kekuatan besar yang setara.
Satu hal yang menyakitkan baginya adalah sejarah.
Dia merasa bahwa Barat menolak untuk mengakui bahwa Rusia melakukan sebagian besar perang darat melawan Jerman selama Perang Dunia II dan menderita korban paling banyak.
Dia cukup emosional tentang masalah ini.
Mengatasi kebanggaan dan nasionalisme adalah masalah diplomasi.