Gunung Api di Sulut
Keterangan PVMBG Terkait Gunung Bawah Laut Banua Wuhu di Sangihe, Pernah Sebabkan Tsunami Tahun 1919
Keenam gunung api bawah laut tersebut dikategorikan sebagai gunung api aktif karena dalam sejarahnya telah melakukan erupsi.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Keberadaan gunung api bawah laut kembali menjadi sorotan setelah Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga meletus hingga menyebabkan tsunami pada 14 Januari 2022.
Tak hanya Tonga, Indonesia juga memiliki beberapa gunung api aktif yang berada di bawah laut.
Ada Gunung Hobal di yang terletak di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT); Gunung Api Sangir di Perairan Sangir, Sulawesi Utara (Sulut); Gunung Emperor of China dan Nieuwekerk di Perairan Maluku; Gunung Yersey di Perairan NTT; dan Gunung Banua Wuhu yang berada di sebelah barat daya Pulau Mahangetang, Kepulauan Sangihe, Sulut.
Keenam gunung api bawah laut tersebut dikategorikan sebagai gunung api aktif karena dalam sejarahnya telah melakukan erupsi di masa Holocene atau 10 ribu tahun terakhir.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Mitigasi Bencana Vulkanik Wilayah Timur Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana ketika dihubungi Tribunmanado.co.id.
"Gunung api bawah laut tentunya banyak, dan tentunya melebihi dari jumlah yang sudah berhasil teridentifikasi. Untuk membuktikan keaktifannya itu harus mengambil sampel atau ada bukti autentik lain seperti erupsi yang dapat disaksikan," jelas Devy, Kamis (27/1/2022).
Untuk gunung api bawah laut lainnya di Sulut, yaitu Gunung Kawio Barat yang terletak di Marore, Sangihe bukan merupakan gunung api aktif di Indonesia.
Hal tersebut karena belum pernah ada laporan atau penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi erupsi di Gunung Kawio Barat pada masa Holocene.
Perlu diingat, gunung api bawah laut pun tidak selalu berpotensi menyebabkan tsunami.
Devy mengungkapkan ada dua tipe gunung api bawah laut, yang pertama adalah gunung api yang puncaknya berada kurang dari 500 meter di bawah permukaan laut dan gunung api dalam yang puncaknya berada lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut.
"Jadi tidak semua gunung api berpotensi menyebabkan tsunami. Yang paling berpotensi menyebabkan tsunami itu yang keberadaan kawah atau puncaknya dangkal sehingga daya tekan dari air kurang," terang Devy.
Erupsi dari gunung api kategori dalam di bawah laut kebanyakan tak mampu menyebabkan tsunami karena adanya tekanan air atau hidrostatis yang menahan material letusan.
Hal inilah yang menyebabkan letusan Gunung Api Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga menyebabkan tsunami dahsyat karena letak kawahnya dangkal, yaitu kurang dari 100 meter.
Sedangkan dari keenam gunung api bawah laut Indonesia yang sudah disebutkan di atas, Devy mengatakan ada dua gunung api yang letusannya berpotensi menyebabkan tsunami.
Pertama adalah Gunung Hobal di NTT yang menurut catatan sejarah pernah meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat tahun 1973.