Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Seorang Ibu Tega Jual Dua Anaknya dan Satu Ginjal, Rahmati: ''Saya Terpaksa karena Lapar''

“Saya terpaksa menjual dua putri saya, yang berusia delapan dan enam tahun,” kata Rahmati.

Editor: Frandi Piring
Kolase Foto Rukhshana Media/via Tribun Batam
Seorang ibu di Afghanistan, Delaram Rahmati menjual dua anaknya demi bertahan hidup. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang ibu di Afghanistan, Delaram Rahmati, sampai harus memilih melakukan aksi Human Trafficking atau perdagangan manusia demi bertahan hidup.

Rahmati sedang berjuang mencari makanan untuk delapan anaknya hingga rela menjual ginjal hingga dua anaknya.

Dikabarkan, kehidupan di Afghanistan sekarang dilanda kemiskinan dan memaksa orang-orang terlantar yang kelaparan untuk membuat pilihan putus asa.

Nasib Rahmati sejak meninggalkan rumah keluarga di provinsi Badghis negara itu empat tahun lalu, keluarganya telah tinggal di gubuk lumpur dengan atap plastik di salah satu daerah kumuh kota Herat.

Seorang ibu di <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/afghanistan' title='Afghanistan'>Afghanistan</a>, <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/delaram-rahmati' title='Delaram Rahmati'>Delaram Rahmati</a> menjual dua anaknya demi bertahan hidup.
(Foto: Seorang ibu di Afghanistan, Delaram Rahmati menjual dua anaknya demi bertahan hidup. (Photo by Rukhshana Media)

Musim kemarau membuat desa mereka tidak layak huni dan tanahnya pun tidak bisa diolah.

Seperti sekitar 3,5 juta warga Afghanistan yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, keluarga Rahmati sekarang tinggal di lingkungan pengungsi internal (IDP).

Tidak ada pekerjaan. Namun, wanita berusia 50 tahun itu harus membayar biaya rumah sakit untuk dua putranya, yang satu lumpuh dan yang lainnya sakit jiwa, serta obat untuk suaminya.

“Saya terpaksa menjual dua putri saya, yang berusia delapan dan enam tahun,” katanya, melansir The Guardian, Minggu (23/1/2022).

Rahmati mengatakan dia menjual putrinya beberapa bulan yang lalu seharga 100.000 afghani masing-masing (kira-kira £700/ sekitar Rp13,5 juta), kepada keluarga yang tidak dia kenal.

Anak perempuannya akan tinggal bersama Rahmati sampai mereka mencapai usia pubertas dan kemudian diserahkan kepada orang asing.

Di Afghanistan, bukan hal yang aneh untuk mengatur penjualan anak perempuan untuk pernikahan masa depan dengan membesarkannya di rumah sampai tiba waktunya bagi mereka untuk pergi.

Namun, ketika krisis ekonomi negara semakin parah, banyak keluarga melaporkan bahwa mereka menyerahkan anak-anak mereka pada usia yang semakin muda karena mereka tidak mampu memberi mereka makan.

Mirisnya, menjual masa depan putrinya bukan satu-satunya keputusan menyakitkan yang harus diambil Rahmati.

“Karena hutang dan kelaparan, saya terpaksa menjual ginjal saya,” katanya kepada Rukhshana Media.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved