Berita Internasional
Iron Dome Irak Gagalkan Serangan Drone Terhadap Pasukan AS saat Peringatan Kematian Qassem Soleimani
Serangan itu datang ketika Iran dan sekutunya di Irak memperingati haul kedua pembunuhan jenderal Iran terkemuka Qassem Soleimani.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebanyak dua pesawat nirawak (drone) bersenjata ditembak jatuh saat menuju pangkalan militer yang ditempati pasukan Amerika Serikat di Irak.
Tidak seorang pun terluka dalam insiden tersebut.
Serangan itu datang ketika Iran dan sekutunya di Irak memperingati haul kedua pembunuhan jenderal Iran terkemuka Qassem Soleimani.
Soleimani terbunuh dalam serangan drone di dekat bandara Baghdad yang diperintahkan oleh presiden AS saat itu, Donald Trump.
• Jaksa Tuntut Gaga Muhammad 4 Tahun Penjara, Greta Irene: Enggak Ada yang Bisa Gantiin Adik Aku
Sebelumnya dua drone bermuatan bahan peledak ditembak jatuh pada Selasa (4/1/2022) oleh sistem pertahanan udara Irak (Iron Dome).
Drone tersebut terlihat mengarah ke pangkalan udara Ain al-Asad, situs yang menampung pasukan Amerika Serikat (AS), di barat Baghdad.
Melansir Reuters, serangan serupa digagalkan pada Senin (3/1/2022).
Iron Dome berhasil menjatuhkan dua pesawat tak berawak ketika mendekati pangkalan yang menampung pasukan AS di dekat bandara internasional Baghdad.
Amerika Serikat memimpin koalisi militer internasional memerangi militan ISIS di Irak dan di Suriah.
Serangan itu terjadi ketika Iran dan sekutunya di Irak menandai peringatan kedua pembunuhan jenderal top Iran Qassem Soleimani.
Soleimani terbunuh pada 3 Januari 2021, dalam serangan pesawat tak berawak di dekat bandara Baghdad yang diperintahkan oleh presiden AS saat itu, Donald Trump.
Balas dendam
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan pada Senin bahwa Trump harus diadili atas pembunuhan itu atau Teheran akan membalas dendam.
"Jika Trump dan (mantan menteri luar negeri Mike) Pompeo tidak diadili di pengadilan yang adil atas tindak pidana pembunuhan Jenderal Soleimani, umat Islam akan membalas dendam sebagai martir kami," kata Raisi dalam pidatonya, Senin (3/1/2022).
"Agresor, pembunuh dan pelaku utama - presiden Amerika Serikat saat itu - harus diadili dan diadili di bawah hukum pembalasan (Islam), dan keputusan Tuhan harus dilakukan terhadapnya," tambah Raisi.