Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Sosok K.H.Bisri Mustofa, Ayah Yahya Cholil Staquf, Pendiri PKB dan Hidup dengan Laskar Hisbullah

Sosok Yahya Cholil Staquf mewarnai bursa calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2021-2026.

Editor: Rhendi Umar
Kolase Tribunmanado/Istimewa
Sosok K.H.Bisri Mustofa, Ayah Yahya Cholil Staquf, Pendiri PKB dan Hidup dengan Laskar Hisbullah 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Yahya Cholil Staquf mewarnai bursa calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2021-2026.

Katib Aam PBNU itu jadi kandidat terkuat selain Saiq Aqil Siradj, Ketum PBNU saat ini, dalam pemilihan yang rencananya dihelat hari ini, Rabu (22/12/2021), di Muktamar Ke-34 NU, Lampung.

Gus Yahya, sapaan akrabnya, mengantongi dukungan dari Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur, termasuk dari 42 pimpinan cabang wilayah tersebut.

Gus Yahya merupakan putra dari KH. Muhammad Cholil Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sosok <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/khbisri-mustofa' title='K.H.Bisri Mustofa'>K.H.Bisri Mustofa</a>, <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/ayah-yahya-cholil-staquf' title='Ayah Yahya Cholil Staquf'>Ayah Yahya Cholil Staquf</a>, <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/pendiri-pkb' title='Pendiri PKB'>Pendiri PKB</a> dan Hidup dengan <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/laskar-hisbullah' title='Laskar Hisbullah'>Laskar Hisbullah</a>
Sosok K.H.Bisri Mustofa, Ayah Yahya Cholil Staquf, Pendiri PKB dan Hidup dengan Laskar Hisbullah (istimewa)

Cholil Bisra dikenal sebagai pengasuh pondok pesantren Roudlotut Tholibien, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.

K.H. Muhammad Cholil Bisri merupakan seorang sosiolog dan politikus Indonesia.

Dia merupakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Ia ikut mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa.

Masa kecil Cholil Bisri dihabiskan di pengungsian.

Bergaul dengan Laskar Hisbullah karena saat itu Ayahnya turut serta mengangkat senjata bersama santri-santri dengan mengajak anak istrinya.

Ia tamat Sekolah Rakyat 6 Kartioso, hanya 5 tahun.

Sebab ia langsung diterima di kelas dua, karena ia tidak mau satu kelas dengan adiknya (Mustofa), yang pada saat bersamaan masuk kelas satu.

Ketika itu terjadi peristiwa PKI di Madiun 1948. Ayahnya termasuk orang yang diburu oleh PKI saat itu.

Sehingga mereka harus mengungsi ke arah timur, tepatnya ke Pare, sekitar Kediri.

Pada masa pegungsian itu, ayahnya punya usaha kecil, membuat kertas daur ulang. Dari kertas bekas koran diolah menjadi bubur, dibentuk dan dijemur menjadi kertas.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved