Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Ayah Yahya Cholil Staquf Bukan Orang Sembarangan, Pendiri PKB dan Bergaul dengan Laskar Hisbulah

Gus Yahya merupakan putra dari KH. Muhammad Cholil Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) berpose usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Sabtu (4/12/2021). Artikel ini telah tayang di Tribunsulbar.com dengan judul PROFIL KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, Calon Kuat Ketua Umum PBNU, https://sulbar.tribunnews.com/2021/12/21/profil-kh-yahya-cholil-staquf-atau-gus-yahya-calon-kuat-ketua-umum-pbnu?page=all. 

Sebab ia langsung diterima di kelas dua, karena ia tidak mau satu kelas dengan adiknya (Mustofa), yang pada saat bersamaan masuk kelas satu.

Ketika itu terjadi peristiwa PKI di Madiun 1948. Ayahnya termasuk orang yang diburu oleh PKI saat itu.

Sehingga mereka harus mengungsi ke arah timur, tepatnya ke Pare, sekitar Kediri.

Pada masa pegungsian itu, ayahnya punya usaha kecil, membuat kertas daur ulang. Dari kertas bekas koran diolah menjadi bubur, dibentuk dan dijemur menjadi kertas.

Kemudian dipotong untuk dibuat kertas buku-buku catatan kecil (notes).

Lalu dijual. Cholil Bisri sendiri sering ikut menjualnya. Di sini jiwa wirausahanya mulai terbangun.

Setahun setelah itu, ketika keamanan sudah pulih, mereka kembali lagi ke Rembang. Tahun 1950 ia melanjutkan sekolah SR dan tamat tahun 1954.

Tahun 1956 ia diminta ayahnya pergi ke Krapyak, Yogyakarta, tinggal di Pesantren Ali Mas'shum. Selama satu tahun tinggal di Krapyak, ia merasakan betapa demokratisnya Kyai Ali Mas'shum.

Ia pun merasa cukup dimanjakan oleh Kyai Ali. Kemudian, ia kembali ke Rembang, bertepatan kedatangan Kyai Mahrus yang masih satu generasi dengan ayahnya.

Teman ngaji ayahnya ketika masih kecil. Kyai Ma’rus berbicara dengan ayahnya dan meminta agar ia ikut bersamanya ke Kediri. Akhirnya 1957 ia berangkat ke Kediri.

Tapi hanya satu tahun. Kemudian ia kembali lagi dibawa oleh Kyai Ali ke Krapyak.

Pada Pemilu 1982, ia diminta untuk menjadi anggota DPRD tingkat I. Tetapi ia tolak. Karena ia mempuyai pesantren yang harus diurus.

Waktu itu ia hanya mau di DPRD tingkat II, seumur hidup. Tawaran menjadi anggota DPRD Tingkat I itu diserahkan kepada adiknya, Mustofa.

Sosok K.H.Bisri Mustofa, <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/ayah-yahya-cholil-staquf' title='Ayah Yahya Cholil Staquf'>Ayah Yahya Cholil Staquf</a>, Pendiri <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/pkb' title='PKB'>PKB</a> dan Hidup dengan Laskar Hisbullah
Sosok K.H.Bisri Mustofa, Ayah Yahya Cholil Staquf, Pendiri PKB dan Hidup dengan Laskar Hisbullah (Kolase Tribunmanado/Istimewa)

Adiknya menerima tawaran itu setelah didorong dengan berbagai penjelasan.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved