Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Heboh

Bukan Hanya 12 Gadis, Ternyata Ada 21 Santriwati yang Jadi Korban Herry Wirawan Guru Pesantren Cabul

Pihaknya mengungkap adanya orang lain yang diketahui sebagai korban dengan total mencapai 21 orang. 

Editor: Indry Panigoro
Kolase foto istimewa/Tribun Jabar
Herry Wirawan, guru pesantren di Bandung 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Baru terungkap.

Ternyata bukan hanya 12 gadis.

Tapi ada 21 santriwati yang jadi korban dari guru pesantren cabul.

Hal ini dikatakan langsung oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2PTA) Garut.

(P2PTA menyebut santriwati yang menjadi korban HW (36) yang merupakan guru pesantren di Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, bukan hanya 12.

Pihaknya mengungkap adanya orang lain yang diketahui sebagai korban dengan total mencapai 21 orang. 

Ketua P2TP2A Kabupaten Garut Diah Kurniasari menyebut, sebanyak 11 korban terutama yang berdomisili di Garut, Jawa Barat sudah mendapat layanan dari pihaknya dan akan terus mendapat pematauan. 

"Kondisi korban saat ini insya Allah sudah lebih kuat, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan mereka selama ini untuk siap mengahadapi media," ucapnya di Kantor P2TP2A Kabupaten Garut, Kamis (9/12/2021), dikutip dari Tribun Jabar.

Santriwati di sana diidentifikasi ada sebanyak 35 orang dan akan difasilitasi untuk berpindah tempat pendidikan. 

Herry Wirawan, guru ngaji bejat yang rudapaksa 12 santriwati di bawah umur hingga hamil.
Herry Wirawan, guru ngaji bejat yang rudapaksa 12 santriwati di bawah umur hingga hamil. (DOKUMENTASI TRIBUN JABAR)

Diah, menyebut kebanyakan santriwati yang ada di sana merupakan anak tidak mampu yang ingin anaknya mendapat pendidikan gratis. 

Orang tua korban, katanya, menjadi terpukul dengan adanya kasus ini. 

"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia empat bulan oleh anaknya, semuanya nangis," kenang Diah.

Diah menyebut bahwa para orang tua berat menerika kenyataan bahwa anaknya datang justru dalam kondisi hamil, bahkan sudah ada yang melahirkan.

Para orang tua juga kebingungan membayangkan masa depan anak-anaknya dan lingkungan tempat tinggal anak yang dikhawatirkan tidak bisa menerima.

"Di kecamatan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," katanya.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved