Sosok Ayah Hillary Brigitta Lasut, Ketua DPD Demokrat Sulut yang Jabat Bupati Kepulauan Talaud

TRIBUNMANADO.CO.ID - Nama Hillary Brigitta Lasut belakangan ini menjadi sorotan setelah dia meminta bantuan pengamanan atau ajudan dari Tentara Nasional Indonesia ( TNI) dengan mengirim surat kepada Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

"Benar, saya menyurat ke KSAD untuk memohon bantuan pengamanan sesuai dengan Permen No.85 Tahun 2014," tulis Hillary dalam akun Instagram-nya, @hillarybrigitta, dikutip pada Kamis (2/12/2021).

Hillary menjelaskan, ia memilih bantuan pengamanan dari TNI karena secara fisik dan mental selalu siap untuk keadaan darurat.

Ia menuturkan, pekerjaannya sebagai wakil rakyat tak lepas dari ancaman dari rasa khawatir karena mesti mengutarakan pendapat dan suara rakyat yang terkadang berbeda haluan dengan kepentingan sebagian golongan kuat.

"Kalau ditanya kenapa, jujur saya harus mengakui cukup tidak mudah untuk menjadi seorang perempuan, berusia 20-an dan belum menikah, khususnya di dunia politik yang dinamis dan tidak tertebak," ujar Hillary.

Sosok Hillary Brigitta Lasut Anggota DPR yang Surati KSAD Jenderal Dudung, Minta Ajudan dari TNI (Instagram @hillarybrigitta)

Diketahui Ayah Hillary yaitu Elly Lasut adalah Bupati Kepulauan Talaud 3 periode yakni 2004-2009, 2009-2012 dan 2020-2025.

Berbeda dengan Hillary yang adalah anggota Partai Nasdem, Elly Lasut adalah bernaung di Partai Demokrat sekaligus menjadi Ketua DPD di Sulawesi Utara.

Elly Lasut resmi dilantik sebagai Bupati Talaud terpilih oleh Menteri Dalam Negeri ( Mendagri) Tito Karnavian, pada Rabu ( 26/2/2020).  

Usai pelantikan kala itu Elly mengatakan, momen tersebut menjadi kemenangan warga Kabupaten Talaud. Katanya, masyarakat Bumi Porodisa sekian lama menantikan peristiwa itu.

"Setelah menunggu sejak tahun lalu, kita menantikan momen ini, akhirnya bisa terealisasi hari ini," kata Elly yang didampingi Moktar Parapaga dan istri masing-masing.

Riwayat Pendidikan

SD St. Fatima (1976–1982)

SMP Frater Ujung Pandang (1982–1985)