Digital Activity
Maria Matilda Aktivis Garda Tipikor, Bangun Sikap Kritis Mahasiswa Lewat Lomba Debat Anti Korupsi
Maria Matilda, sosok perempuan aktivis anti korupsi.Tergabung dalam organisasi Garda Tipikor, Matilda mencoba membangun wilayah zona integritas.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Maria Matilda, sosok perempuan aktivis anti korupsi.
Tergabung dalam organisasi Garda Tipikor, Matilda mencoba membangun wilayah zona integritas.
Banyak cara bisa dilakukan untuk membangun wilayah zona integritas. Matilda mencoba pendekatan lewat debat anti korupsi antar mahasiswa, tujuannya mengembangkan sikap kritis mahasiswa terhadap penegakan hukum terhadap pelaku Tipikor.
Berikut petikan wawancara Matilda bersama Reporter Tribun Manado, Aswin Lumintang di podcast Tribun Bakudapa persembahan Tribun Manado #matalokalmenjangkaudunia.
* Bisa dijelaskan apa sebenarnya membangun wilayah zona integritas ini?
- Integritas ini merupakan konsistensi mempertahankan nilai-nilai di dalam dirinya sekarang hingga seterusnya. Kalau membangun zona integiritas, adalah kejujuran dan kegigihan. Setiap orang berbeda definisi integritas. Kalau saya integritas yang selalu saya perjuangkan kejujuran dan kegigihan atau keuletan.
Dari sisi mahasiswa, banyak mahasiswa lebih nyaman jalan pintas tapi tidak jujur dan tidak memenuhi nilai moral.misalnya hal kecil, lagi Ulangan, ada kesempatan nyontek. Punya peluang melakukan itu demi nilai yang bagus.
* Apa saja lingkup zona integritas? Apa keluarga termasuk?
- Dari saya zona integritas itu dibangun dari keluarga, zona integritas sudah dari kecil. Papa orang Batak, jadi kalau sudah ngomong A maka A, kalau pun berubah itu harus dijelaskan secara detail, kenapa berubah kasih alasan, tidak bisa sepihak. A kemudian ke B, itu plin-plan. Itu ajaran keluarga. Paling penting tetap jujur, dari kecil kalau bohong ketahuan banget.
Kemudian cycle pertemanan, kalau plin-plan itu seperti menormalisasi apa yang dilakukan. Keluarga dan petemanan itu penting untuk membangun zona integritas
Bagaimana kemudian anda memilih untuk menjadi aktivis anti korupsi?
Dari integritas dalam keluarga, ajaran dari kecil, dari jujur, nggak bisa plin- plan kemudian jadi prihatin ada orang melakukan perilaku korupsi. Misalnya dikasih uang Rp 10.000, suruh beli gula ternyata gulanya harganya Rp 5.000, terus Rp 5.000-nya diambil. Hal sepele, uang kecil tapi kemudian menormalisasi. Semakin banyak kok bukan uang kecil lagi yang diambil, uang besar sampai miliaran. Kalau diberita itu kelihatan nggak ada beban moral yang ditanggung, keluarga. Pejabat yang korupsi, prihatin.
* Bagaimana anda melihat dalam dunia pendidikan bisa membangun integritas?
- Kalau di dalam dunia pendidikan, saya lihat banyak beberapa oknum mengajarkan integritas tapi tidak melakukan. Guru harus jadi panutan dan teladan.
Ada berapa harus dibenahi, saya dari Jakarta, datang ke Manado jadi semacam culture shock perilaku orang-orangnya, penggunaan bahasa. Saat di dunia perkuliahan, ternyata mahasiswa semester akhir itu skripsi pakai joki, setahu saya buat skripsi murni usaha sendiri, pemikiran sendiri.