Virus Corona
Seberapa Mematikannya Varian Baru Covid-19 Omicron? Diminta untuk Tingkatkan Kewaspadaan
Presiden Jokowi juga menyebut, selain varian Corona lama, disejumlah negara telah muncul varian baru Covid-19 Omicron.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seberapa Mematikannya Varian Baru Covid-19 Omicron? Diminta untuk Tingkatkan Kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian Omicron sebagai Variant of Concern (VoC).
Varian Omicron adalah varian baru Covid-19 B.1.1.529 yang ditemukan pertama kali di Afrika Selatan.
Varian ini masih diselidiki terkait kemampuannya dalam memengaruhi efikasi vaksin.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar tetap waspada karena pandemi Covid-19 belum berakhir.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desat Tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/11/2021).
"Ditahun 2022 pandemi Covid masih menjadi ancaman dunia dan juga menjadi ancaman bagi negara kita Indonesia," kata Jokowi.
Presiden Jokowi juga menyebut, selain varian Corona lama, disejumlah negara telah muncul varian baru Covid-19.
Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. Omicron ditetapkan sebagai variant of concern (VOC), Jumat (25/11/2021) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena mutasinya yang mengkhawatirkan (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow) (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)
Tentunya, ini harus menjadi peringataan untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Beberapa negara telah muncul varian baru varian Omicron yang harus menambah kewaspadaan kita," tegas Jokowi.
Kepala Negara meminta agar antisipasi dan mitigasi perlu dipersiapkan sedini mungkin.
"Agar tidak mengganggu kesinambungan program reformasi struktural yang sedang kita lakukan serta Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang sedang kita laksanakan," sambungnya.
Untuk itu pula Pemerintah memutuskan untuk memperketat ketentuan kedatangan pelaku perjalanan dari luar negeri.
Tentunya, itu bagian sikap pemerintah dalam menyikapi perkembangan penyebaran Varian Omicron (B.1.1.5.2.9) yang telah terdeteksi di 13 negara dan ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant of concern.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, dalam keterangan pers secara virtual, Minggu (28/11/2021) malam.
Terkait hal itu, pemerintah memutuskan untuk melakukan pelarangan masuk bagi WNA yang memiliki riwayat perjalanan selama 14 hari terakhir ke sebelas negara, yaitu Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambique, Eswatini, Malawi, Angola, Zambia, dan Hong Kong.
Apakah Lebih Menular?
Sebenarnya apakah varian baru virus corona (Covid-19) 'Omicron' lebih menular dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 lainnya atau dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah?
Asosiasi Medis Dunia (WMA) telah memberi peringatan keras bahwa mutasi lebih lanjut dari virus corona (Covid-19) dapat 'melahirkan' varian yang menular seperti Delta dan mematikan seperti virus Ebola.
Ketua Masyarakat Dokter Global Asosiasi Medis Dunia (WMA), Frank Ulrich Montgomery pun menyampaikan kekhawatirannya itu pada Sabtu akhir pekan lalu.
Ia menekankan pentingnya untuk tidak 'memberikan kesempatan bagi virus' untuk bermutasi lebih jauh.
"Demi mencapai ini, mungkin perlu untuk terus 'memvaksinasi dunia selama bertahun-tahun' yang akan datang," kata Montgomery.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (28/11/2021), efek mengerikan virus Ebola saat menginfeksi manusia, kata dia, dapat ditandingi oleh varian baru Covid-19 ini, mengacu pada varian Omicron.
Perlu diketahui, Ebola kali pertama ditemukan pada 1976 di Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo.
Hingga saat ini, wabah tersebut merupakan yang paling mematikan, saat terjadi di Afrika Barat pada 2014 hingga 2016, Ebola telah merenggut lebih dari 11.000 nyawa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit yang dibawa oleh virus ini menyebabkan penderitanya mengalami demam parah dan pendarahan internal, dengan tingkat kematian rata-rata mencapai sekitar 50 persen.
Sementara itu, beberapa strain Covid-19 telah menyebabkan kematian pada 90 persen dari semua kasus yang menakutkan.
Saat ditanya tentang situasi di tanah airnya, Jerman, Montgomery memperingatkan jumlah infeksi Covid-19 kemungkinan akan berlipat ganda dalam sepuluh hari mendatang.
Ia juga menyerukan pengenalan tindakan yang lebih ketat di negara itu, dan mendesak pihak berwenang untuk menutup semua pasar Natal dan melarang perayaan serta momen pelepasan kembang api yang memicu keramaian.
"Jika gelombang keempat Covid-19 masih belum mereda, penutupan dan pemberlakuan sistem penguncian (lockdown) pada bisnis nasional kemungkinan akan diperlukan," jelas Montgomery.
Montgomery menekankan bahwa setiap tindakan yang diambil saat ini hanya akan memiliki efek nyata dalam waktu dua minggu.
"Bersamaan dengan kampanye vaksinasi, penundaannya bisa selama enam minggu," katanya.
Prediksi suram ini muncul setelah penemuan strain Omicron baru di Afrika Selatan.
Pada Jumat lalu, WHO secara resmi telah menetapkan Omicron sebagai 'varian yang menjadi perhatian'.
Sedangkan para ilmuwan kini masih mempelajari varian baru ini, namun yang dikhawatirkan adalah bahwa varian yang sangat bermutasi ini berpotensi lebih menular dibandingkan pendahulunya, termasuk Delta.(Fransiskus Adhiyuda/Fitri Wulandari/Srihandriatmo Malau)
Baca juga: Dulu Bule Rusia Ini Pernah Melarat Sampai Tak Bisa Makan, Kini Makmur Dinikahi Penyanyi Indonesia
Baca juga: Ekspresi Ibu Tiri Vanessa Angel saat Tahu Doddy Sudrajat Jadi Ahli Waris, Bibirnya Jadi Sorotan
Baca juga: Kabar Rindu AFI Dulu Dijodohkan dengan Micky AFI, Penampilannya Kini Jadi Sorotan
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jokowi Minta Tingkatkan Kewasapadaan, Seberapa Mematikannya Varian Baru Covid-19 Omicron?