Berita Minahasa
Cerita Wisatawan Asal Prancis Saat Berziarah di Makam Tuanku Imam Bonjol Minahasa
Selain turis Nusantara, banyak pula turis asing eropa yang ziarah di makam tuanku Imam Bonjol.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
Bekas rumah Imam Bonjol sekarang menjadi shelter atau tempat menginap sementara bagi para penziarah yang bermalam.
Bangunannya tergolong sangat sederhana.
Hanya rumah berlantai keramik dengan ruangan yang cukup lapang tanpa perabot.
Selembar karpet merah terhampar, menjadi alas bagi mereeka yang ingin rebahan atau tiduran, dan sebuah ceruk ruang untuk tempat salat.
Menuju makam, harus melalui 32 anak tangga. Makan Tuanku Imam Bonjol seluas 12,5x8 meter ini beratap sirap.
Aroma harum daun pandan langsung tercium ketika wartawan Tribun Manado masuk ke dalam ruangan, melalui pintu samping, satu dari tujuh pintu yang ada.
Bau harum daun pandan itu berasal dari atas makam sang pahlawan, yang memang sengaja ditaburkan juru kunci makam.
Bahkan mereka yang datang berkunjung dapat pula menaburkan daun pandan bercampur bunga mawar merah yang telah disediakan.
Pada tembok dalam ruangan tersebut, terdapat relief Tuanku Imam Bonjol menunggang seekor kuda putih.
Di atas kudanya, tangan Imam Bonjol mengacungkan untuk menggambarkan keberaniannya melawan penjajah.
Bangunan itu seluruhnya berlantai keramik, bahkan di dalam ruangan, sisi tembok juga berlapiskan keramik.
Makam itu dikelilingi pagar rantai setinggi setengah meter. Pada batu nisannya bertuliskan, nama Peto Syarief Ibnu Pandito Bayanudin, bergelar Tuanku Imam Bonjol, pahlawan nasional, lahir tahun 1774 di Tanjung Bungo, Bonjol, Sumatera Barat, wafat 6 November 1854 di Lotta.
Di belakang pagar bangunan makam, terdapat jalan menurun berupa anak tangga, menuju musala yang merupakan tempat salat Tuanku Imam Bonjol, persis di pinggir sungai Malalayang yang melintasi Pineleng.
Wisatawan Asal Prancis
Berpakaian gamis. Berwajah bule.