Profil Tokoh
Cara Ketua PWNU Sulut Membagi Waktun Antara Organisasi dengan Pekerjaan
sejak Oktober 2021 ia menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Tengah (Sulteng).
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara (Sulut) H. Ulyas Taha (53) kini harus mengatur waktunya dengan baik.
Pasalnya, sejak Oktober 2021 ia menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Tengah (Sulteng).
Hal tersebut membuatnya harus pindah ke Kota Palu.
Meski begitu, Ulyas mengaku dengan adanya perkembangan teknologi hal tersebut memudahkan dirinya untuk mengelola organisasi secara jarak jauh meski di sisi lain kehadiran seorang pemimpin secara fisik lebih diharapkan.
"Dengan modal organisasi dan pekerjaan, mudah-mudahan bisa menjadi modal untuk mampu mengatur waktu dengan baik untuk dua jabatan," ujar Ulyas, Jumat (12/11/2021).
PWNU Sulut yang juga menjunjung tinggi kolektif kolegial membuat Ulyas lebih mudah berkoordinasi dengan para wakil ketua dan jajaran struktur lainnya untuk mengerjakan tugas.
Sebagai seorang Kepala Kanwil, Ulyas juga terikat dengan UU ASN yang juga tidak bisa diabaikan.
Sehingga, Ulyas memilih melakukan kegiatan organisasinya di sela-sela libur kerja.
"Sekitar tiga minggu lalu saya masih bisa ikut konsolidasi pembentukan cabang NU di Talaud di sela-sela libur dinas. Memang begitu tuntutannya untuk hadir di pekerjaan dan masyarakat," kata Ulyas.
Ulyas menghabiskan setengah waktu hidupnya di Sulut.
Selama itu juga ia melihat Sulut menjadi wilayah yang membanggakan ketika berbicara soal kerukunan umat beragama.
"Relasi antar umat beragama di Sulut luar biasa. Bahkan Sulut bisa menjadi laboratorium kerukunan beragama di Indonesia," sambung lelaki asal Gorontalo ini.
Kerukunan umat beragama ini tak lepas dari peran para tokoh agama, pemimpin organisasi keagamaan, serta masyarakat.
Ulyas berpendapat sifat masyarakat Minahasa yang mudah bergaul tanpa memandang suku, ras, dan agama menjadi kearifan lokal yang bisa menjadi modal terbangunnya komunikasi yang baik.
"Sulut tidak boleh lengah dengan berbagai macam perkembangan dan gerakan-gerakan ekstremis. Alhamdulillah saat ini organisasi politik secara masif juga turun ke masyarakat menyampaikan pesan-pesan kerukunan," tutur Ulyas. (*)
• Jenazah I Nyoman Yasa Korban Kecelakaan Maut di Manado Dibawa ke Kotamobagu
• Kabar Angelica Simperler, Kini Kembali Main Sinetron, Adu Akting dengan Aktor Tampan Bryan Andrew
• Abu Janda Nikahi Wynona Riesa Pembawa Acara Ternama, Saksinya Jendral Purn Hendropriyono