Panglima TNI
Deretan Jejak Kontroversi Andika Perkasa, Jenderal yang Dipilih Jadi Calon Panglima TNI
Selain prestasi, sosok Andika Perkasa yang dipilih Presiden Jokowi sebagai calon tunggal Panglima TNi juga tak lepas dari kontroversi.
Akan tetapi, yang menjadi penangkapan Al Faruq kontroversi adalah dilakukan Badan Intelijen Negara (BIN), yang secara teknis tidak mempunyai wewenang komando dengan Kopassus.
Setelah ditangkap, Indonesia kemudian menyerahkan Al Faruq kepada Pemerintah Amerika Serikat.
Dalam penangkapan Al Faruq, dikutip dari majalah Time edisi 18 Maret 2002, disebutkab adanya kerja sama yang baik antara intelijen Indonesia dan Amerika dalam "perang melawan teror".
Adapun, posisi BIN saat itu dipimpin oleh AM Hendropriyono yang juga dikenal sebagai mertua Andika Perkasa.
Gambaran Fit and Proper Test Jenderal Andika Perkasa Jadi Panglima TNI. (Dok/Kodiklat TNI AD)
2. Kabar keterlibatan pembunuhan aktivis Theys
Sejumlah aktivis kerap menyinggung adanya dugaan keterlibatan Andika dalam pembunuhan aktivis HAM asal Papua, Theys Eluay.
Dikutip dari situs Deutsche Welle, Theys dibunuh usai menghadiri undangan peringatan Hari Pahlawan di markas Kopassus di Jayapura.
Saat itu, empat perwira dan tiga serdadu Kopassus diadili lantaran kasus tersebut. Namun, Andika tidak pernah terkait proses hukum itu.
Surat yang dikirim oleh Agus Zihof, ayah seorang terdakwa, yaitu Kapten Inf Rionardo, kemudian menyeret Andika Perkasa dalam pusaran hitam pelanggaran HAM di Papua.
Surat Agus kepada KSAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu itu mengisahkan betapa anaknya dipaksa mengakui pembunuhan Theys oleh seorang yang bernama Mayor Andika.
Akan tetapi, pada 22 November 2018), Andika pernah memberikan tanggapan perihal ini.
Dia tidak mempersoalkan jika ada pihak-pihak yang mengait-ngaitkan dirinya dengan peristiwa pembunuhan Theys.
Hal itu dikatakan Andika seusai dilantik sebagai KSAD menggantikan Jenderal Mulyono, Kamis (22/11/2018), di Istana Negara, Jakarta.