Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

AS vs China

Mantan Ahli Pentagon Mengaku AS Sudah Diungguli oleh China di Bidang Kecerdasan Buatan atau AI

Hubungan China dengan Amerikas Serikat seperti yang diketahui tengah memanas.

Editor: Glendi Manengal
geralt/pixabay
Ilustrasi kecerdasan buatan 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hubungan China dengan Amerikas Serikat seperti yang diketahui tengah memanas.

Kedua negara yang saat ini bersaing di pasar dunia terus mendapat sorotan.

Kali ini kedua negara tersebut dibandingkan dengan kemajuan teknologi di bidang kecerdasan buatan.

Baca juga: Mahasiswi Cantik Chinsia Tuuk Prihatin, Ada Kelurahan di Manado Masih Gunakan Rakit untuk Menyebrang

Baca juga: Sosok Nicke Widyawati Dirut Pertamina, Masuk Daftar 100 Perempuan Berpengaruh Dunia, Ini Prestasinya

Baca juga: Tidak Semua 57 Eks Pegawai KPK Jadi Penyidik di Polri, Penempatan Sesuai Kompetensi

Cina disebut telah memenangkan pertempuran di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) melawan AS.

Cina bergerak menuju dominasi global karena kemajuan teknologinya.

Pengakuan ini disampaikan mantan kepala perangkat lunak Pentagon kepada media Financial Times.

Kantor berita Reuters mewartakannya, Senin (11/10/2021).

Cina, negara penguasa ekonomi terbesar kedua di dunia, kemungkinan akan mendominasi banyak produk teknologi utama.

Terutama teknologi berbasis kecerdasan buatan, biologi sintetik, dan genetika dalam satu dekade atau lebih mendatang.

Nicolas Chaillan, Chief Software Officer Pentagon yang telah mengundurkan diri menyebut situasi itu membahayakan AS.

Ia mundur dari Pentagon sebagai protes terhadap lambatnya proses transformasi teknologi di militer AS berbasis kecerdasan buatan.

“Kami tidak memiliki peluang bersaing melawan Cina dalam 15 hingga 20 tahun,” kata Chaillian  kepada Financial Times.

"Apakah dibutuhkan perang atau tidak, itu semacam anekdot," imbuhnya.

Cina menurutnya akan mendominasi masa depan dunia, mengendalikan segalanya mulai dari narasi media hingga geopolitik.

Chaillan menyalahkan inovasi yang lamban, keengganan perusahaan AS seperti Google (GOOGL.O) untuk bekerja sama dengan negara.

Ia menyebut problemnya terkait dalih AI dan perdebatan etika yang ekstensif mengenai teknologi yang dikembangkan.

Google tidak segera memberikan komentar atas pernyataan ini.

Perusahaan-perusahaan Cina, kata Chaillan, wajib bekerja dengan pemerintah mereka dan "investasi besar-besaran" di AI tanpa memperhatikan etika.

Dia mengatakan pertahanan siber AS di beberapa departemen pemerintah berada di "tingkat taman kanak-kanak".

Chaillan mengumumkan pengunduran dirinya pada awal September 2021.

Ia mengatakan para pejabat militer AS yang ditugaskan dinilai kurang berpengalaman di bidang AI.

Seorang juru bicara Departemen Angkatan Udara mengatakan ada kontak dengan Chaillan sesudah pengunduran sosok ilmuwan itu.

Frank Kendall, Menteri Angkatan Udara AS, berdiskusi dengan Chaillan terkait pengembangan perangkat lunak departemen di masa depan. Ia berterima kasih atas kontribusi Chaillan.

(Tribunnews.com/Reuters/xna)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengakuan Eks Ahli Pentagon, Cina Sudah Ungguli AS di Perang Artificial Intelligence.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved