Berita Bolmong
Pasca Banjir, Anak-anak di Batu Merah Bolmong Lari Bila Hujan, Farida: Masih Banyak yang Trauma
Kepala DP3A Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Farida Mooduto, jika ada anak yang lari pada saat pihak melakukan trauma healing.
Penulis: Nielton Durado | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado -- Banjir yang melanda Desa Batu Merah, Kecamatan Sangtombolang, Kabupaten Bolmong, ternyata masih menyisakan trauma bagi anak-anak di desa tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Farida Mooduto, jika ada anak yang lari pada saat pihak melakukan trauma healing.
Hal ini dikatakan Farida saat berbincang dengan Tribunmanado.co.id, Kamis (7/10/2021) di kantornya.
"Anak-anak ini lari saat hujan turun, mereka masih trauma dengan banjir," kata dia.
Meski begitu, Farida Mooduto mengatakan jika saat ini keadaan para anak-anak di Desa Batu Merah terus membaik.
"Mereka sudah mulai belajar lagi, dan trauma mereka juga sudah mulai pulih," aku dia.
Trauma Healing
DP3A Bolmong bersama Forum Anak Daerah Bolmong dan P2TP2A (Psycolog dan Peksos ) terus melakukan Trauma Healing bagi anak- anak dan perempuan yang terdanpak banjir bandang di Desa Batu Merah.
Menurut Kepala Dinas P3A Bolmong Farida Mooduto, Trauma healing adalah proses penyembuhan pasca trauma agar warga yang terdampak korban banjir dapat terus melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang kejadian tersebut.
Farida menjelaskan, trauma dapat disebabkan oleh kejadian-kejadian negatif yang berdampak buruk dan berlanjut pada stabilitas mental dan emosional korban.
Bantuan untuk korban terdampak banjir terus berdatangan, baik dari materi maupun immateri.
Salah satu bantuan yang paling dibutuhkan para korban bencana adalah pemulihan anak-anak dari trauma.
“Bencana memiliki dampak fisik dan psikologis pada anak,” katanya.
Pentingnya Trauma healing dilakukan kepada anak korban banjir untuk mengembalikan memori tentang bencana yang memporak porandakan rumah dan sekolah mereka.
“Nah, reaksi seperti ini bisa menimbulkan tekanan psikologis yang luar biasa bagi anak dan akan mengganggu hubungan mereka dengan sekitar, termasuk sekolah,” terangnya.