Kisah Unik
Saat Singkong Goreng Mak Dasimah Jadi Menu Idola Sertu Astiyandi dan Pratu Aldi
Mak Dasimah akhirnya tersenyum sendiri melihat ulah dua prajurit TNI yang tengah menjalankan tugas negara di program Program TNI Manunggal
Kadang Mak Dasimah menggoreng singkong, kadang ubi atau juga kerupuk untuk teman minum kopi prajurit TNI yang sudah dianggapnya sebagai anak-anaknya sendiri.
“Singkong diambil dari kebun sendiri, sementara kalau kopi dan gula uangnya diberi sama mas-mas TNI. Saya seneng, karena mereka baik dan nganggap saya seperti emaknya sendiri,” kata Dasimah.
Rumah baru Mak Dasimah dibangun persis di depan rumah lama.
Rumah lama Mak Dasimah adalah rumah panggung berukuran 7x5 dengan dinding terbuat dari kulit kayu yang berlubang di hampir setiap bagian.
Saat musim hujan, seringkali air masuk dan membasahi seluruh isi rumah.
Jika hujan diikuti dengan angina kencang, maka kondisi di dalam rumah menjadi semakin parah.
“Kalau hujan pakai angin, semua yang ada di dalam basah semua. Alhamdulillah, sebentar lagi sudah punya rumah berdinding semen dan lantainya keramik,” kata Mak Dasimah.
Mak Dasimah bercerita, suaminya bekerja di kebun yang tak menentu hasil setiap harinya.
Di usianya yang sudah menginjak 58 tahun, kini ia dikaruniai tiga anak dan tiga cucu.
Ketiga anaknya sudah berkeluarga semua, dan ia tinggal berdua dengan suaminya di rumah panggung berdinding kulit kayu.
Meski sederhana, namun suasana rumah Mak Dasimah relatif rapi dan bersih.
Di dalam rumah berukuran 5x7 tersebut hanya ada satu kamar kecil berukuran sekira 2 x 3 meter.
Sementara selebihnya dibiarkan terbuka. Di ruang terbuka inilah dimanfaatkan sebagai ruang tamu dan juga dapur di bagian belakang.
Sedikitnya ada tujuh foto keluarga dengan kondisi lusuh juga dipajang di bagian tengah rumah.
Mak Dasimah menceritakan kisah di balik foto yang dipajang, mulai dari foto suami, foto pernikahan dan foto anak-anaknya semasa kecil.