G30S PKI
Kisah Lokasi Lubang Buaya, Tempat Para Jenderal Dibuang, Ternyata Dijadikan Sumber Air Warga
Tragedi penculikan dan pembunuhan perwira tinggi Angkatan Darat oleh Gerakan 30 September dipimpin Letkol Untung.
Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.
Tanggal 4 Oktober 1965, pihak militer mengetahui bahwa ketujuh perwira militer Angkatan Darat (AD) Indonesia yang diculik lalu dibunuh oleh PKI dibuang di sana.
Dengan izin, Soeharto, yang saat itu berpangkat Panglima Kostrad, mereka melakukan pengangkatan ketujuh korban dari dalam sumur.
Enam anggota militer dan dua dokter ikut dalam proses pengangkatan tujuh mayat korban.
Mayat Kapten Pierre Tendean adalah yang pertama kali dikeluarkan.
Lalu disusul oleh keenam lainnya yaitu Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Raden Suprapto, Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Letnan Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal Donald Isaac Pandjaitan, dan Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
Proses pengangkatan mayat ketujuh perwira TNI AD itu kurang lebih memakan waktu dua jam.
Setelah semuanya diangkat, semua korban dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk dilakukan otopsi.
Dalam tubuh mereka ditemukan penganiayaan berat sebelum ditembak.
Kini, untuk menghormati ketujuh korban, pemerintah mendirikan Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila Sakti, sebuah museum diorama, dan sumur tempat para korban dibuang.
Lalu menyebut ketujuh korban perwira tinggi TNI AD itu dengan sebutan Pahlawan Revolusi.
Hasil Autopsi Tak Ada Congkel Mata dan Potong Kemaluan
Dalam buku "Soeharto, Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?" karangan Peter Kasenda disebutkan, beberapa jam setelah pengangkatan jenazah para korban G30S di Lubang Buaya, Soeharto mengeluarkan perintah pembentukan tim forensik.
Tim tersebut terdiri dari Brigjen dr Roebiono Kertopati, dan Kolonel dr Frans Pattiasina.
Selain itu, juga masih ada tiga ahli forensik sipil dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Sutomo Tjokronegoro, dr Laiuw Yan Siang, dan dr Liem Joe Thay.