G30S
Tak Banyak yang Tahu Jika Soekarno Terasingkan di Rumah Tahanan ketika Soeharto Berkuasa
Perlahan, pengaruh Soekarno dalam pemerintahan terpendam dengan kepemimpinan Soeharto.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang menjabat pada periode 1945–1967 ternyata harus mengalami hal tak mengenakkan.
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 itu sempat diasingkan.
Kisah kelam ini pun berkaitan dengan peristiwa kelabu Gerakan 30 September 1965.
Peristiwa itu mengingatkan kita kisah awal jatuhnya kekuasaan Presiden RI pertama Soekarno.
Tak tahan atas penderitaan itu, Soekarno pernah berencana melarikan diri, namun gagal karena satu hal.
Setelah pecahnya peristiwa G30S tahun 1965, kekuasaan Soekarno meredup.
Perlahan, pengaruh Soekarno dalam pemerintahan terpendam dengan kepemimpinan Soeharto.
Alhasil, pada 1967, Soeharto diangkat menjadi pejabat presiden.
Sedangkan Soekarno menjadi presiden nonaktif.
Selain kekuasaannya yang surut, segala gerak-gerik Soekarno pun juga dibatasi.
Termasuk para pengawal Soekarno juga diganti.
Itu seperti yang ditulis dalam buku "80 Tahun Sidarto Danusubroto, Jalan Terjal Perubahan, Dari Ajudan Soekarno Sampai Wantimpres Joko Widodo," terbitan Kompas tahun 2016 lalu.
Dalam buku itu disebutkan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang mengawal Soekarno digantikan oleh Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas Pomad), pada 16 Agustus 1967.
Pergantian itu membuat Soekarno sempat terpuruk.
Soekarno merasa kehilangan segalanya.

Sebab, DKP merupakan ring satu yang selalu menjaganya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
"Karena Komandan DKP Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo sudah ditahan, Sudiyo dan beberapa perwira DKP bersama beberapa perwira Korps Komando Angkatan Laut/ sekarangn Marinir (KKO), sekitar 15 orang mengadakan rapat-rapat untuk merancang rencana melarikan Bung Karno dari tahanan," tulis Sidarto.
Rapat itu mereka adakan di rumah seorang loyalis Soekarno, AKBP Oetoro, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Mereka meminta saya hadir dalam pertemuan tersebut," ungkap Sidarto.
Menurut Sidarto, mereka mengundang dirinya karena menganggap dia adalah ajudan yang dekat dengan Soekarno.

Mereka pun menyampaikan pesan untuk Soekarno.
"Bilang pada Bapak, daripada Bapak meninggal dalam keadaan tersiksa seperti ini, lebih baik sama-sama kita," lanjut Sidarto.
Sidarto pun menyampaikan hal itu kepada Soekarno.
Sidarto pun merasa terkejut.
Sebab, dia sama sekali tidak menyangka Soekarno bersedia dilarikan diri dari rumah tahanan.
Bahkan, Soekarno juga menyampaikan sebuah pesan.
"To, kalau terjadi apa-apa dengan saya, beritahu Mega," kenang Sidarto menirukan ucapan Soekarno.
Menurut Sidarto, Megawati Soekarnoputri pun pada akhirnya mengetahui rencana ini.
Sayang, rencana tersebut akhirnya terbongkar.
Penyebabnya satu hal.

"Rencana melarikan Bung Karno terbongkar karena saya rasa yang mendengar konspirasi ini cukup banyak sehingga mudah tercium aparat intelijen," kata Sidarto.
Akibatnya, Sidarto pun selama empat tahun diinterogasi oleh Tim Screening Kepolisian Pusat (Tenning Polsat), dan Tim Pemeriksa Pusat (Teperpu).
Sidarto kemudian dianggap sebagai penghubung Soekarno.
"Setiap ditanya tentang rencana ini, saya selalu membantah pernah lapor kepada Bung Karno. Saya ikut rapat dua kali dengan mereka karena solidaritas saja," tandas Sidarto.
(Intisari/Tribunjabar)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Derita Soekarno Terasing di Rumah Tahanan ketika Soeharto Berkuasa, Bung Karno Mau Dibawa Kabur DKP, https://medan.tribunnews.com/2021/10/02/derita-soekarno-terasing-di-rumah-tahanan-ketika-soeharto-berkuasa-bung-karno-mau-dibawa-kabur-dkp?page=all